Perjuangan Sunan Gunung Jati
Perjuangan Sunan Gunung Jati | Referensi terbaru di 2017 via web Ternak. Rekomendasi konten lengkap terbaik. - Ternak. Artikel ini di beri judul Perjuangan Sunan Gunung Jati. Konten ini untuk anda pembaca setia https://ternak8.blogspot.com/. Bagikan juga postingan Perjuangan Sunan Gunung Jati terbaru ini ke media kalian. Supaya blog seputar Ternak dan website terkait serta kamu mendapat manfaat dari info ulasan Ternak di 2017 ini. Langsung saja baca dan simak mengenai Perjuangan Sunan Gunung Jati di bawah ini dari situs web Ternak.Suka kali berlangsung kerancuan antara nama Fatahillah yang dengannya Syarif Hidayatullah yng bergelar Sunan Gunung Jati. Orang menganggap Fatahillah serta Syarif Hidayatullah merupakan satu, namun yng benar merupakan dua orang. Syarif Hidayatullah cucu Raja Pajajaran merupakan seorang penyebar agama Islam di Jawa Barat yng lantas disebut Sunan Gunungjati.
Tengah Fatahillah merupakan seorang pemuda Pasai yng dikirim Sultan Trenggana membantu Sunan Gunungjati berperang melawan penjajah Portugis.
Bukti bahwasanya Fatahillah bukan Sunan Gunungjati merupakan makam dekat Sultan Gunungjati yng ada goresan pena Tubagus Pasai Fathullah ataupun Fatahillah ataupun Faletehan pendapat dari lidah orang Portugis. Syarif Hidayatullah serta ibunya Syarifah Muda’im datang di negeri Caruban Larang Jawa Barat pada tahun 1475 seusai mampir dahulu di Gujarat serta Pasai bagi atau bisa juga dikatakan untuk menambah pengalaman. Kedua orang itu disambut gembira oleh Pangeran Cakrabuana serta keluarganya. Syekh Datuk Kahfi telah wafat, guru Pangeran Cakrabuana serta Syarifah Muda’im itu dimakamkan di Pasambangan. Yang dengannya alasan supaya selalu dekat yang dengannya makam gurunya, Syarifah Muda’im meminta supaya diijinkan tinggal di Pasambangan ataupun Gunungjati.
Syarifah Muda’im serta putranya yakni Syarif Hidayatullah meneruskan bisnis Syekh Datuk Kahfi membuka Pesantren Gunungjati. Menjadikan lantas dari Syarif Hidayatullah lebih dikenal yang dengannya sebutan Sunan Gunungjati.
Tibalah tatkala yng ditentukan, Pangeran Cakrabuana menikahkan anaknya yakni Nyi Pakungwati yang dengannya Syarif Hidayatullah. Selanjutnya yakni pada tahun 1479, lantaran usianya telah lanjut Pangeran Cakrabuana menyerahkan kekuasaan Negeri Caruban kepada Syarif Hidayatullah yang dengannya gelar Susuhunan pengertiannya orang yng dijunjung tinggi. Disebutkan, pada tahun pertama pemerintahannya Syarif Hidayatullah berkunjung ke Pajajaran bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengunjungi kakeknya yakni Prabu Siliwangi. Sang Prabu diajak masuk Islam kembali namun tak mau. Mesti Prabu Siliwangi tak mau masuk Islam, dia tak memperhalang cucunya menyiarkan agama Islam di wilayah Pajajaran. Syarif Hidayatullah lantas melanjutkan perjalanan ke Serang. Penduduk Serang telah ada yng masuk Islam dikarenakan banyaknya saudagar dari Arab serta Gujarat yng Suka singgah ke tempat itu.
Kedatangan Syarif Hidayatullah disambut baik oleh adipati Banten. Malah Syarif Hidayatullah dijodohkan yang dengannya putri Adipati Banten yng bernama Nyi Kawungten. Dari perkawinan ini dia lantas Syarif Hidayatullah di karuniai orang putra
yakni Nyi Ratu Winaon serta Pangeran Sebakingking. Dalam menyebarkan agama islam di Tanah Jawa, Syarif Hidayatullah ataupun Sunan Gunungjati tak bekerja sendirian, beliau Suka ikut bermusyawarah yang dengannya anggota wali lain-lainnya di Masjid Demak. Malah disebutkan beliau pula membantu berdrinya Masjid Demak. Dari pergaulannya yang dengannya Sultan Demak serta para Wali lain-lainnya ini akhirnya Syarif Hidayatullah mendirikan Kesultanan Pakungwati serta ia memproklamirkan diri menjadi Raja yng pertama yang dengannya gelar Sultan.
Yang dengannya berdirinya Kesultanan yang telah di sebutkan Cirebon tak lagi mengirim upeti kepada Pajajaran yng umumnya disalurkan lewat Kadipaten Galuh. Tindakan ini dianggap menjadi pembangkangan oleh Raja Pajajaran. Raja Pajajaran tidak peduli siapa yng berdiri di balik Kesultanan Cirebon itu maka dikirimkannya pasukan prajurit pilihan yng dipimpin oleh Ki Jagabaya. Tugas orang-orang merupakan menangkap Syarif Hidayatullah yng dianggap lancang mengangkat diri menjadi raja tandingan Pajajaran. Namun bisnis ini tak sukses, Ki Jagabaya serta anak buahnya bahkan tak kembali ke Pajajaran, orang-orang masuk Islam serta menjadi pengikut Syarif Hidayayullah.
Yang dengannya bergabungnya prajurit serta perwira pilihan ke Cirebon maka semakin bertambah besarlah pengaruh Kesultanan Pakungwati. Daerah-daerah lain semisal : Surantaka, Japura, Wana Giri, Telaga serta lain-lain menyatakan diri menjadi wilayah Kasultanan Cirebon. Lebih-lebih yang dengannya diperluasnya Pelabuhan Muara Jati, semakin bertambah besarlah pengaruh Kasultanan Cirebon. Tidak sedikit pedagang besar dari negeri asing datang menjalin persahabatan. Diantaranya dari negeri Tiongkok. Salah seorang keluarga istana Cirebon kawin yang dengannya Pembesar dari negeri Cina yng berkunjung ke Cirebon yakni Ma Huan. Maka jalinan antara Cirebon serta negeri Cina semakin erat.
Malah Sunan Gunungjati pernah diundang ke negeri Cina serta kawin yang dengannya putri Kaisar Cina yng bernama Putri Ong Tien. Kaisar Cina yng pada tatkala itu dari dinasti Ming pula beragama Islam. Yang dengannya perkawinan itu sang Kaisar ingin menjalin erat hubungan baik antara Cirebon serta negeri Cina, hal ini diluar dugaan menguntungkan bangsa Cina bagi atau bisa juga dikatakan untuk dimanfaatkan dalam dunia perdagangan.
Seusai kawin yang dengannya Sunan Gunungjati, Putri Ong Tien di ubah namanya menjadi Nyi Ratu Rara Semanding. Kaisar ayah Putri Ong Tien ini membekali putranya yang dengannya harta benda yng banyak sekali, sebagian besar barang-barang peninggalan putri Ong Tien yng dibawa dari negeri Cina itu hingga saat ini masih ada serta tersimpan di tempat yng aman. Istana serta Masjid Cirebon lantas dihiasi serta diperluas lagi yang dengannya motif-motif hiasan dinding dari negeri Cina. Masjid Agung Sang Ciptarasa dibangun pada tahun 1480 atas prakarsa Nyi Ratu Pakungwati ataupun istri Sunan Gunungjati. Dari pembangunan masjid itu melibatkan tidak sedikit pihak, diantaranya Wali Songo serta sejumlah tenaga ahli yng dikirim oleh Raden Patah. Dalam pembangunan itu Sunan Kalijaga mendapatkan penghormatan bagi atau bisa juga dikatakan untuk mendirikan Soko Tatal menjadi lambang persatuan ummat.
Selesai membangun masjid, diserukan yang dengannya membangun jalan-jalan raya yng menghubungkan Cirebon yang dengannya daerah-daerah Kadipaten lain-lainnya bagi atau bisa juga dikatakan untuk memperluas pengembangan Islam di seluruh Tanah Pasundan. Prabu Siliwangi cuma mampu menahan diri atas perkembangan wilayah Cirebon yng makin luas itu. Malah wilayah Pajajaran sendiri telah makin terhimpit.
Pada tahun 1511 Malaka diduduki oleh bangsa Portugis. Selanjutnya orang-orang ingin meluaskan kekuasaan ke Pulau Jawa. Pelabuhan Sunda Kelapa yng jadi incaran orang-orang bagi atau bisa juga dikatakan untuk menancapkan kuku penjajahan. Demak Bintoro tahu bahaya besar yng mengancam kepulauan Nusantara. Oleh lantaran itu Raden Patah mengirim Adipati Unus ataupun Pangeran Sabrang Lor bagi atau bisa juga dikatakan untuk menyerang Portugis di Malaka. Namun bisnis itu tidak membuahkan hasil, persenjataan Portugis terlalu lengkap, serta orang-orang terlanjur mendirikan benteng yng kuat di Malaka.
Disaat Adipati Unus kembali ke Jawa, seorang pejuang dari Pasai (Malaka) bernama Fatahillah ikut berlayar ke Pulau Jawa. Pasai telah tak aman lagi bagi mubaligh semisal Fatahillah lantaran itu beliau ingin menyebarkan agama Islam di Tanah Jawa.
Raden Patah wafat pada tahun 1518, berkedudukannya digantikan oleh Adipati Unus ataupun Pangeran Sabrang Lor, baru saja beliau dinobatkan muncullah pemberontakanpemberontakan dari daerah pedalaman, didalam bisnis memadamkan pemberontakan itu Pangeran Sabrang Lor meninggal dunia, gugur menjadi pejuang sahid. Pada tahun 1521 Sultan Demak di pegang oleh Raden Trenggana putra Raden Patah yng ketiga. Di dalam pemerintahan Sultan Trenggana ini dia Fatahillah diangkat menjadi Panglima Perang yng akan ditugaskan mengusir Portugis di Sunda Kelapa.
Fatahillah yng pernah berpengalaman melawan Portugis di Malaka saat ini Perlu mengangkat senjata lagi. Dari Demak mula-mula pasukan yng dipimpinnya menuju Cirebon. Pasukan gabungan Demak Cirebon itu lantas menuju Sunda Kelapa yng telah dijarah Portugis atas bantuan Pajajaran.
Kenapa Pajajaran membantu Portugis ? Lantaran Pajajaran terasa iri serta dendam pada perkembangan wilayah Cirebon yng makin luas, disaat Portugis menjanjikan bersedia membantu merebut wilayah Pajajaran yng dikuasai Cirebon maka Raja Pajajaran menyetujuinya.
Kenapa Pasukan gabungan Demak-Cirebon itu tak dipimpin oleh Sunan Gunungjati ? Lantaran Sunan Gunungjati tahu dia Perlu berperang melawan kakeknya sendiri, maka diperintahkannya Fatahillah memimpin serbuan itu. Pengalaman merupakan guru yng paling baik, dari pengalamannya bertempur di Malaka, tahulah Fatahillah titik-titik lemah tentara serta siasat Portugis. Itu sebabnya dia bisa memberikan komando yang dengannya tepat serta setiap serangan Demak-Cirebon selalu membawa hasil gemilang.
Akhirnya Portugis serta Pajajaran kalah, Portugis kembali ke Malaka, sedangkan Pajajaran cerai berai tidak menentu arahnya. Selanjutnya Fatahillah ditugaskan mengamankan Banten dari gangguan para pemberontak yakni sisa-sisa pasukan Pajajaran. Bisnis ini tak menemui kesulitan lantaran Fatahillah dibantu putra Sunan Gunungjati yng bernama Pangeran Sebakingking. Di lantas hari Pangeran Sebakingking ini menjadi penguasa Banten yang dengannya gelar Pangeran Hasanuddin.
Fatahillah lantas diangkat segenap Adipati di Sunda Kelapa. Serta merubah nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta, lantaran Sunan Gunungjati selaku Sultan Cirebon sudah memanggilnya bagi atau bisa juga dikatakan untuk meluaskan daerah Cirebon supaya Islam lebih merata di Jawa Barat. Berturut-turut Fatahillah bisa menaklukkan daerah TALAGA sebuah negara kecil yng dikuasai raja Budha bernama Prabu Pacukuman. Lantas kerajaan Galuh yng hendak meneruskan kebesaran Pajajaran lama. Raja Galuh ini bernama Prabu Cakraningrat yang dengannya senopatinya yng terkenal yakni Aria Kiban. Namun Galuh tidak bisa membendung kekuatan Cirebon, akhirnya raja serta senopatinya tewas dalam peperangan itu.
Kemenangan demi kemenangan sukses diraih Fatahillah. Akhirnya Sunan Gunungjati memanggil ulama dari Pasai itu ke Cirebon. Sunan Gunungjati menjodohkan Fatahillah yang dengannya Ratu Wulung Ayu. Sementara kedudukan Fatahillah selaku Adipati Jayakarta lantas diserahkan kepada Ki Tidak jelek alias bagus Angke. Disaat usia Sunan Gunungjati telah makin tua, beliau mengangkat putranya yakni Pangeran Muhammad Arifin menjadi Sultan Cirebon ke dua yang dengannya gelar Pangeran Pasara Pasarean. Fatahillah yng di Cirebon Suka disebut Tubagus ataupun Kyai Tidak jelek alias bagus Pasai diangkat menjadi penasehat sang Sultan.
`Sunan Gunungjati lebih memusatkan diri pada penyiaran dakwah Islam di Gunungjati ataupun Pesantren Pasambangan. Akan tetapi lima tahun sejak pengangkatannya tiba-tiba Pangeran Muhammad Arifin meninggal dunia mendahului ayahandanya. Kedudukan Sultan lantas diberikan kepada Pangeran Sebakingking yng bergelar sultan Maulana Hasanuddin, yang dengannya kedudukannya di Banten. Tengah Cirebon meskipun masih tetap dipakai menjadi kesultanan namun Sultannya cuma bergelar Adipati. Yakni Adipati Carbon I. Adpati Carbon I ini merupakan menantu Fatahillah yng diangkat menjadi Sultan Cirebon oleh Sunan Gunungjati.
Adapun nama aslinya Adipati Carbon merupakan Aria Kamuning.
Sunan Gunungjati wafat pada tahun 1568, dalam usia 120 tahun. Bersama ibunya, serta pangeran Carkrabuasa beliau dimakamkan di gunung Sembung. Dua tahun lantas wafat juga Kyai Tidak jelek alias bagus Pasai, Fatahillah dimakamkan ditempat yng percis, makam kedua tokoh itu berdampingan, tanpa diperantarai apapun pula.
Demikianlah riwayat perjuangan Sunan Gunungjati.
Lihat pula perihal Tatacara melihat karakter orang dari ciri tangan, Tatacara Melihat sifat orang dari goresan pena tangan
Sumber rujukan dan gambar : http://www.nangimam.com/2012/02/perjuangan-sunan-gunung-jati.html.
Tengah Fatahillah merupakan seorang pemuda Pasai yng dikirim Sultan Trenggana membantu Sunan Gunungjati berperang melawan penjajah Portugis.
Bukti bahwasanya Fatahillah bukan Sunan Gunungjati merupakan makam dekat Sultan Gunungjati yng ada goresan pena Tubagus Pasai Fathullah ataupun Fatahillah ataupun Faletehan pendapat dari lidah orang Portugis. Syarif Hidayatullah serta ibunya Syarifah Muda’im datang di negeri Caruban Larang Jawa Barat pada tahun 1475 seusai mampir dahulu di Gujarat serta Pasai bagi atau bisa juga dikatakan untuk menambah pengalaman. Kedua orang itu disambut gembira oleh Pangeran Cakrabuana serta keluarganya. Syekh Datuk Kahfi telah wafat, guru Pangeran Cakrabuana serta Syarifah Muda’im itu dimakamkan di Pasambangan. Yang dengannya alasan supaya selalu dekat yang dengannya makam gurunya, Syarifah Muda’im meminta supaya diijinkan tinggal di Pasambangan ataupun Gunungjati.
Syarifah Muda’im serta putranya yakni Syarif Hidayatullah meneruskan bisnis Syekh Datuk Kahfi membuka Pesantren Gunungjati. Menjadikan lantas dari Syarif Hidayatullah lebih dikenal yang dengannya sebutan Sunan Gunungjati.
Tibalah tatkala yng ditentukan, Pangeran Cakrabuana menikahkan anaknya yakni Nyi Pakungwati yang dengannya Syarif Hidayatullah. Selanjutnya yakni pada tahun 1479, lantaran usianya telah lanjut Pangeran Cakrabuana menyerahkan kekuasaan Negeri Caruban kepada Syarif Hidayatullah yang dengannya gelar Susuhunan pengertiannya orang yng dijunjung tinggi. Disebutkan, pada tahun pertama pemerintahannya Syarif Hidayatullah berkunjung ke Pajajaran bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengunjungi kakeknya yakni Prabu Siliwangi. Sang Prabu diajak masuk Islam kembali namun tak mau. Mesti Prabu Siliwangi tak mau masuk Islam, dia tak memperhalang cucunya menyiarkan agama Islam di wilayah Pajajaran. Syarif Hidayatullah lantas melanjutkan perjalanan ke Serang. Penduduk Serang telah ada yng masuk Islam dikarenakan banyaknya saudagar dari Arab serta Gujarat yng Suka singgah ke tempat itu.
Kedatangan Syarif Hidayatullah disambut baik oleh adipati Banten. Malah Syarif Hidayatullah dijodohkan yang dengannya putri Adipati Banten yng bernama Nyi Kawungten. Dari perkawinan ini dia lantas Syarif Hidayatullah di karuniai orang putra
yakni Nyi Ratu Winaon serta Pangeran Sebakingking. Dalam menyebarkan agama islam di Tanah Jawa, Syarif Hidayatullah ataupun Sunan Gunungjati tak bekerja sendirian, beliau Suka ikut bermusyawarah yang dengannya anggota wali lain-lainnya di Masjid Demak. Malah disebutkan beliau pula membantu berdrinya Masjid Demak. Dari pergaulannya yang dengannya Sultan Demak serta para Wali lain-lainnya ini akhirnya Syarif Hidayatullah mendirikan Kesultanan Pakungwati serta ia memproklamirkan diri menjadi Raja yng pertama yang dengannya gelar Sultan.
Yang dengannya berdirinya Kesultanan yang telah di sebutkan Cirebon tak lagi mengirim upeti kepada Pajajaran yng umumnya disalurkan lewat Kadipaten Galuh. Tindakan ini dianggap menjadi pembangkangan oleh Raja Pajajaran. Raja Pajajaran tidak peduli siapa yng berdiri di balik Kesultanan Cirebon itu maka dikirimkannya pasukan prajurit pilihan yng dipimpin oleh Ki Jagabaya. Tugas orang-orang merupakan menangkap Syarif Hidayatullah yng dianggap lancang mengangkat diri menjadi raja tandingan Pajajaran. Namun bisnis ini tak sukses, Ki Jagabaya serta anak buahnya bahkan tak kembali ke Pajajaran, orang-orang masuk Islam serta menjadi pengikut Syarif Hidayayullah.
Yang dengannya bergabungnya prajurit serta perwira pilihan ke Cirebon maka semakin bertambah besarlah pengaruh Kesultanan Pakungwati. Daerah-daerah lain semisal : Surantaka, Japura, Wana Giri, Telaga serta lain-lain menyatakan diri menjadi wilayah Kasultanan Cirebon. Lebih-lebih yang dengannya diperluasnya Pelabuhan Muara Jati, semakin bertambah besarlah pengaruh Kasultanan Cirebon. Tidak sedikit pedagang besar dari negeri asing datang menjalin persahabatan. Diantaranya dari negeri Tiongkok. Salah seorang keluarga istana Cirebon kawin yang dengannya Pembesar dari negeri Cina yng berkunjung ke Cirebon yakni Ma Huan. Maka jalinan antara Cirebon serta negeri Cina semakin erat.
Malah Sunan Gunungjati pernah diundang ke negeri Cina serta kawin yang dengannya putri Kaisar Cina yng bernama Putri Ong Tien. Kaisar Cina yng pada tatkala itu dari dinasti Ming pula beragama Islam. Yang dengannya perkawinan itu sang Kaisar ingin menjalin erat hubungan baik antara Cirebon serta negeri Cina, hal ini diluar dugaan menguntungkan bangsa Cina bagi atau bisa juga dikatakan untuk dimanfaatkan dalam dunia perdagangan.
Seusai kawin yang dengannya Sunan Gunungjati, Putri Ong Tien di ubah namanya menjadi Nyi Ratu Rara Semanding. Kaisar ayah Putri Ong Tien ini membekali putranya yang dengannya harta benda yng banyak sekali, sebagian besar barang-barang peninggalan putri Ong Tien yng dibawa dari negeri Cina itu hingga saat ini masih ada serta tersimpan di tempat yng aman. Istana serta Masjid Cirebon lantas dihiasi serta diperluas lagi yang dengannya motif-motif hiasan dinding dari negeri Cina. Masjid Agung Sang Ciptarasa dibangun pada tahun 1480 atas prakarsa Nyi Ratu Pakungwati ataupun istri Sunan Gunungjati. Dari pembangunan masjid itu melibatkan tidak sedikit pihak, diantaranya Wali Songo serta sejumlah tenaga ahli yng dikirim oleh Raden Patah. Dalam pembangunan itu Sunan Kalijaga mendapatkan penghormatan bagi atau bisa juga dikatakan untuk mendirikan Soko Tatal menjadi lambang persatuan ummat.
Selesai membangun masjid, diserukan yang dengannya membangun jalan-jalan raya yng menghubungkan Cirebon yang dengannya daerah-daerah Kadipaten lain-lainnya bagi atau bisa juga dikatakan untuk memperluas pengembangan Islam di seluruh Tanah Pasundan. Prabu Siliwangi cuma mampu menahan diri atas perkembangan wilayah Cirebon yng makin luas itu. Malah wilayah Pajajaran sendiri telah makin terhimpit.
Pada tahun 1511 Malaka diduduki oleh bangsa Portugis. Selanjutnya orang-orang ingin meluaskan kekuasaan ke Pulau Jawa. Pelabuhan Sunda Kelapa yng jadi incaran orang-orang bagi atau bisa juga dikatakan untuk menancapkan kuku penjajahan. Demak Bintoro tahu bahaya besar yng mengancam kepulauan Nusantara. Oleh lantaran itu Raden Patah mengirim Adipati Unus ataupun Pangeran Sabrang Lor bagi atau bisa juga dikatakan untuk menyerang Portugis di Malaka. Namun bisnis itu tidak membuahkan hasil, persenjataan Portugis terlalu lengkap, serta orang-orang terlanjur mendirikan benteng yng kuat di Malaka.
Disaat Adipati Unus kembali ke Jawa, seorang pejuang dari Pasai (Malaka) bernama Fatahillah ikut berlayar ke Pulau Jawa. Pasai telah tak aman lagi bagi mubaligh semisal Fatahillah lantaran itu beliau ingin menyebarkan agama Islam di Tanah Jawa.
Raden Patah wafat pada tahun 1518, berkedudukannya digantikan oleh Adipati Unus ataupun Pangeran Sabrang Lor, baru saja beliau dinobatkan muncullah pemberontakanpemberontakan dari daerah pedalaman, didalam bisnis memadamkan pemberontakan itu Pangeran Sabrang Lor meninggal dunia, gugur menjadi pejuang sahid. Pada tahun 1521 Sultan Demak di pegang oleh Raden Trenggana putra Raden Patah yng ketiga. Di dalam pemerintahan Sultan Trenggana ini dia Fatahillah diangkat menjadi Panglima Perang yng akan ditugaskan mengusir Portugis di Sunda Kelapa.
Fatahillah yng pernah berpengalaman melawan Portugis di Malaka saat ini Perlu mengangkat senjata lagi. Dari Demak mula-mula pasukan yng dipimpinnya menuju Cirebon. Pasukan gabungan Demak Cirebon itu lantas menuju Sunda Kelapa yng telah dijarah Portugis atas bantuan Pajajaran.
Kenapa Pajajaran membantu Portugis ? Lantaran Pajajaran terasa iri serta dendam pada perkembangan wilayah Cirebon yng makin luas, disaat Portugis menjanjikan bersedia membantu merebut wilayah Pajajaran yng dikuasai Cirebon maka Raja Pajajaran menyetujuinya.
Kenapa Pasukan gabungan Demak-Cirebon itu tak dipimpin oleh Sunan Gunungjati ? Lantaran Sunan Gunungjati tahu dia Perlu berperang melawan kakeknya sendiri, maka diperintahkannya Fatahillah memimpin serbuan itu. Pengalaman merupakan guru yng paling baik, dari pengalamannya bertempur di Malaka, tahulah Fatahillah titik-titik lemah tentara serta siasat Portugis. Itu sebabnya dia bisa memberikan komando yang dengannya tepat serta setiap serangan Demak-Cirebon selalu membawa hasil gemilang.
Akhirnya Portugis serta Pajajaran kalah, Portugis kembali ke Malaka, sedangkan Pajajaran cerai berai tidak menentu arahnya. Selanjutnya Fatahillah ditugaskan mengamankan Banten dari gangguan para pemberontak yakni sisa-sisa pasukan Pajajaran. Bisnis ini tak menemui kesulitan lantaran Fatahillah dibantu putra Sunan Gunungjati yng bernama Pangeran Sebakingking. Di lantas hari Pangeran Sebakingking ini menjadi penguasa Banten yang dengannya gelar Pangeran Hasanuddin.
Fatahillah lantas diangkat segenap Adipati di Sunda Kelapa. Serta merubah nama Sunda Kelapa menjadi Jayakarta, lantaran Sunan Gunungjati selaku Sultan Cirebon sudah memanggilnya bagi atau bisa juga dikatakan untuk meluaskan daerah Cirebon supaya Islam lebih merata di Jawa Barat. Berturut-turut Fatahillah bisa menaklukkan daerah TALAGA sebuah negara kecil yng dikuasai raja Budha bernama Prabu Pacukuman. Lantas kerajaan Galuh yng hendak meneruskan kebesaran Pajajaran lama. Raja Galuh ini bernama Prabu Cakraningrat yang dengannya senopatinya yng terkenal yakni Aria Kiban. Namun Galuh tidak bisa membendung kekuatan Cirebon, akhirnya raja serta senopatinya tewas dalam peperangan itu.
Kemenangan demi kemenangan sukses diraih Fatahillah. Akhirnya Sunan Gunungjati memanggil ulama dari Pasai itu ke Cirebon. Sunan Gunungjati menjodohkan Fatahillah yang dengannya Ratu Wulung Ayu. Sementara kedudukan Fatahillah selaku Adipati Jayakarta lantas diserahkan kepada Ki Tidak jelek alias bagus Angke. Disaat usia Sunan Gunungjati telah makin tua, beliau mengangkat putranya yakni Pangeran Muhammad Arifin menjadi Sultan Cirebon ke dua yang dengannya gelar Pangeran Pasara Pasarean. Fatahillah yng di Cirebon Suka disebut Tubagus ataupun Kyai Tidak jelek alias bagus Pasai diangkat menjadi penasehat sang Sultan.
`Sunan Gunungjati lebih memusatkan diri pada penyiaran dakwah Islam di Gunungjati ataupun Pesantren Pasambangan. Akan tetapi lima tahun sejak pengangkatannya tiba-tiba Pangeran Muhammad Arifin meninggal dunia mendahului ayahandanya. Kedudukan Sultan lantas diberikan kepada Pangeran Sebakingking yng bergelar sultan Maulana Hasanuddin, yang dengannya kedudukannya di Banten. Tengah Cirebon meskipun masih tetap dipakai menjadi kesultanan namun Sultannya cuma bergelar Adipati. Yakni Adipati Carbon I. Adpati Carbon I ini merupakan menantu Fatahillah yng diangkat menjadi Sultan Cirebon oleh Sunan Gunungjati.
Adapun nama aslinya Adipati Carbon merupakan Aria Kamuning.
Sunan Gunungjati wafat pada tahun 1568, dalam usia 120 tahun. Bersama ibunya, serta pangeran Carkrabuasa beliau dimakamkan di gunung Sembung. Dua tahun lantas wafat juga Kyai Tidak jelek alias bagus Pasai, Fatahillah dimakamkan ditempat yng percis, makam kedua tokoh itu berdampingan, tanpa diperantarai apapun pula.
Demikianlah riwayat perjuangan Sunan Gunungjati.
Lihat pula perihal Tatacara melihat karakter orang dari ciri tangan, Tatacara Melihat sifat orang dari goresan pena tangan
Sumber rujukan dan gambar : http://www.nangimam.com/2012/02/perjuangan-sunan-gunung-jati.html.
Seputar Perjuangan Sunan Gunung Jati
Terima kasih telah membaca Perjuangan Sunan Gunung Jati. Semoga pos dari situs web Ternak berguna dan memberi manfaat. Baik untuk anda dan buat website Ternak. Silakan berbagi ulasan Perjuangan Sunan Gunung Jati tadi ke situs web media anda. Bagikan artikel dari Ternak melalui media sosial yang ada di bawah. Dan kunjungi Daftar Isi Blog Ternak untuk mendapat info lengkap terbaru 2017. Lalu baca pembahasan selain dari : Perjuangan Sunan Gunung Jati yang lebih terupdate lengkap dan free. Atau simak artikel gratis terkait dari situs web Ternak di bawah. Demikan dan sekian tentang Perjuangan Sunan Gunung Jati. Dan Assalamualaikum pembaca Ternak.
Advertisement