Budidaya Sapi Bali

- Februari 17, 2018

Budidaya Sapi Bali

 

Tulang sapi bali terbilang kecil ketimbang sapi jenis lain, namun mempunyai persentase daging lebih tebal. Permintaan jenis sapi inipun terus meningkat. Akan tetapi pembatasan penjualan oleh Pemerintah Daerah Bali membuat sapi bali makin susah didapatkan.
Permintaan daging sapi yng terus naik membuat usaha penggemukan serta pembibitan sapi Amat menguntungkan. Apalagi andai sapi yng dibudidayakan merupakan jenis sapi unggul semisal sapi bali.
Dari tampang, sapi bali tampak lebih kecil ketimbang postur badan sapi jenis lain, misalnya sapi peranakan ongole (PO). Akan tetapi sapi bali mempunyai rasio daging lebih tidak sedikit ketimbang sapi PO.
Keunggulan sapi bali ini diakui oleh Dayan Antoni, Manajer PT Santosa Agrindo, satu dari sekian banyaknya perusahaan yng berkecimpung di usaha daging sapi. Ia mengujarkan, dasarnya memang, sapi bali tak kalah yang dengannya sapi brahman serta sapi limosin. Menurutnya, sapi bali cocok menjadi bahan baku bisnis penggemukan sapi.
Hal senada diungkapkan oleh peternak sapi bali, I Gede Gunawan Tika. Dia mengujarkan bahwasanya permintaan jenis sapi yng berasal dari Bali ini terus meningkat setiap 12 bulan. Yang dengannya bobot badan sampai-sampai mencapai 500 kilogram (kg) per ekor, permintaan sapi bali meningkat 50% tatkala menjelang Ramadan.
Semisal pula sapi lokal lain, daging sapi bali dijual dalam keadaan segar lantaran umumnya sesudah disembelih langsung dijual ke pasar. Pendapat dari Gede, ini berbeda yang dengannya daging sapi impor yng datang dalam keadaan beku.
Itulah sebabnya, Gede yng sudah menekuni usaha turun-temurun ini bisa atau mampu menjual 700 ekor sapi berbobot minimal 350 kg per ekor dalam sebulan.
Sebanyk 700 ekor sapi hidup itu umumnya dikirim ke Pulau Jawa serta Kalimantan. Dari jumlah itu, tiap bulan dia mengirimkan 400 ekor sapi ke Pulau Jawa, sedangkan 300 ekor sapi dikirim ke Kalimantan.
Dari penjualan sapi-sapi yang telah di sebutkan, Gede berterus terang mampu mengantongi omzet Rp 5,34 miliar sebulan. "Untuk satu ekor sapi kita jual dengan harga Rp 21.800 per kilogram," ujarnya.
Sebetulnya, Gede sanggup menjual sapi lebih tidak sedikit. Akan tetapi tatkala ini Pemerintah Daerah Bali memberikan batas jumlah pengiriman yng boleh keluar Pulau Dewata. Pembatasan pengiriman sapi ini mengurangi potensi keuntungan bagi Gede. "Pemerintah Bali menetapkan jumlah sapi yang boleh diperdagangkan dalam satu tahun sekitar 64.573 ekor," terangnya.
Akibat pembatasan yang telah di sebutkan, para pedagang sapi bali pun susah menaikkan omzet penjualan sapi antarpulau. Gede pun berharap Pemda Bali meninjau kembali ketentuan pembatasan perdagangan sapi bali.
Pembatasan jumlah sapi yng boleh dijual oleh Pemda Bali pula membuat Syaiful, pedagang serta peternak sapi asal Banyuwangi, Jawa Timur kesulitan memperoleh pasokan sapi bali. "Pasar untuk sapi bali ini terbuka lebar, namun persediaannya sangat terbatas," ujarnya.
Syaiful mengklaim dalam seminggu Perlu menyediakan minimal 50 ekor sapi sapi bali bagi atau bisa juga dikatakan untuk memenuhi aneka macam pesanan yng datang. Dia membanderol harga sapi bali Rp 25.000 per kg bobot hidup. Walhasil, dia melepas satu ekor sapi bali yang dengannya bobot 500 kg di harga Rp 12,5 juta.
Bagi atau bisa juga dikatakan untuk memenuhi pasokan sapi bali, ia Perlu menjelajahi Pulau Bali. Persoalannya, tak seluruh warga atau juga bisa dikatakan masyarakat Bali membudidayakan sapi. Cuma warga atau juga bisa dikatakan masyarakat Bali Barat yng hampir rata-rata memelihara sapi. Itu pun jumlahnya tidak mencukupi pesanan. Jalaran itu, Syaiful Perlu berpindah-pindah ke aneka macam wilayah di Bali demi memburu sapi.
Ketimbang sapi limosin dari Australia ataupun sapi brahman dari India, sapi bali lebih gampang diternakkan. Sayang, peternak di luar Pulau Bali kesulitan mendapatkan induk sapi bali mempunyai kualitas lantaran ada larangan mengirim induk sapi bali oleh Pemda Bali.
Beternak sapi bali mempunyai keunggulan, ketimbang jenis sapi lain semisal sapi brahman (India) ataupun limosin (Australia). Sapi bali lebih akrab yang dengannya iklim tropis di negeri ini.
Dayan Antoni, Manajer PT Santosa Agrindo, satu dari sekian banyaknya perusahaan yng berbisnis daging sapi, mengujarkan, penggemukan sapi bali di Indonesia tak bergantung musim serta cocok di seluruh tempat. "Sapi bali bisa hidup di dataran tinggi, maupun dataran rendah. Bahkan di pinggir pantai sekalipun," kata Dayan.
Sapi bali pula unggul dalam produktivitas. Masa kehamilan sapi bali satu tahun. Adapun sapi impor Perlu menyesuaikan diri berlebi dulu sebelum berkembang biak. Masa kehamilan sapi brahman sampai-sampai beranak memakan waktu 1 tahun 2 bulan.
Di sayangkan, yang dengannya aneka macam keunggulan itu, budi daya sapi bali susah di lakukan di luar Bali. Sampai-sampai kini, "Pemerintah Daerah Bali masih melarang pengiriman induk sapi bali ke luar daerah," ujar I Gede Gunawan Tika, peternak sapi bali di Pulau Dewata.
Itu juga yng memicu usaha sapi Syaiful tersendat. Walau tidak sedikit permintaan, peternak serta pedagang sapi asal Banyuwangi, Jawa Timur ini tidak mampu menyediakan induk sapi. "Jika ada pengiriman, itu sapi betina yang tak lagi produktif," ujarnya.
Pembatasan jumlah sapi yng boleh dikirim dari luar Bali pula memicu Syaiful Perlu datang ke Bali bagi atau bisa juga dikatakan untuk mendapatkan pasokan. Walau paham yang dengannya tujuan Pemda Bali yng ingin melestarikan sapi bali, Syaiful menyayangkan keputusan itu. Toh, tidak sedikit peternak sapi yng sejatinya mampu mengembangkan sapi bali di lain daerah bila mempunyai induk mempunyai kualitas.
Mempunyai struktur tulang kecil serta daging yng tebal, Dayan melihat kualitas sapi bali tatkala ini mulai menurun. Misalnya, bobot sapi makin susut serta susah memperoleh bobot optimal tatkala digemukkan. Ia menyangka, penurunan kualitas bakalan sapi bali ini adalah imbas penurunan kualitas induk sapi bali.
Dia membandingkan, 15 tahun lantas masih mampu menjumpai sapi bali berbobot 500 kilogram (kg). "Sekarang susah ketemunya," ujarnya. Ia menyangka penurunan kualitas lantaran Suka berlangsung perkawinan sapi dalam satu keluarga.
Dayan berharap, Pemda Bali memperhatikan kualitas induk sapi. Induk mempunyai kualitas wahid tentu akan menghasilkan bibit-bibit sapi unggulan. "Kalau perlu, harus ada pengembangan genetik bila dibutuhkan," ujarnya.
Andai kondisi ini dibiarkan, impor sapi akan merajalela. Sayang, bila pasar yng besar ini kemudian disesaki oleh sapi serta daging impor.
Padahal, yang dengannya budidaya yng baik, para peternak sapi yakin bisa atau mampu menghasilkan sapi gemuk yang dengannya kualitas yng sebanding yang dengannya sapi impor.
Gede yng kini berusia 31 tahun ini bercerita, selain tahan terhadap cuaca, budidaya sapi bali pula gampang saja. Sapi bali butuh makanan berupa rumput serta dedak dalam jumlah yng cukup. Bagi atau bisa juga dikatakan untuk menaikan bobot sapi, peternak umumnya menambah asupan nutrisi serta pula vitamin.
SUMBER KLIPPING: Kontan FOTO: ramayamakmur.wordpress.com

Sumber rujukan dan gambar : http://www.agropustaka.com/2012/05/budidaya-sapi-bali.html.

Seputar Budidaya Sapi Bali

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Budidaya Sapi Bali