Pembibitan Gurame di Lahan Tandus

- Maret 29, 2018

Pembibitan Gurame di Lahan Tandus

 
Lahan di Bukit Menoreh itu gersang serta berkapur. Air susah didapat. Jangankan berbudidaya ikan, pohon kelapa pun dulu tak berbuah. Namun, dari bukit tandus di Dukuh Dengok, Desa Tanjungharjo, 20 kilometer ke arah barat dari Yogyakarta, itu setiap bulannya mengalir 60.000 ekor benih ikan gurame ke segala penjuru.
Benih-benih ikan gurame dari bukit tandus itu menyebar ke wilayah Purworejo, Yogyakarta, Sleman, Bantul, sampai-sampai ke wilayah di luar Yogyakarta, semisal ke Cilacap serta Tasikmalaya (Jawa Barat).
Berkat benih gurame itu juga, warga Dukuh Dengok yng selama puluhan tahun kesulitan memperoleh penghasilan, kini mempunyai pendapatan tetap. Ekonomi pedesaan pun berputar lantaran orang-orang kini mempunyai cukup uang bagi atau bisa juga dikatakan untuk berbelanja kebutuhan hidup.
Perekonomian Dukuh Dengok pun makin bergairah. Kepala Bidang Perikanan serta Budidaya Kabupaten Kulonprogo Prabowo Sugondo mengungkapkan, yang dengannya mempunyai kolam pembenihan seluas 4 meter x 8 meter saja warga akan mempunyai tambahan penghasilan Rp 600.000 per musim panen.
Yng menarik dari system pembenihan yng dibangun warga Dukuh Dengok ini, benih ikan yng orang-orang budidayakan laku terjual pada setiap tingkatan ataupun ukuran. Mulai dari ukuran kuku, jempol, silet, sampai-sampai ukuran empat jari menjadikan perputaran uang berlangsung cepat, lantaran petani tak Perlu menunggu panen lama sampai-sampai ikan berukuran konsumsi.
Prabowo menjelaskan bahwasanya selalu ada kesempatan dalam setiap peluang dalam menumbuhkan ekonomi pedesaan, asalkan di lakukan yang dengannya serius serta ada kerja percis yng di lakukan sungguh-sungguh antara pemerintah serta warga atau juga bisa dikatakan masyarakat.
Semisal yng ada di Dukuh Dengok ini. Pada awal mulanya warga di sana berniat budidaya lele. Mengingat permintaan lele saat ini ini terus bertumbuh, menjadikan ada jaminan pasar. Menjadi ilustrasi, sehari-hari di Provinsi Yogyakarta saja memerlukan lele sebanyk 15 ton.
Lahan dibatasi
Walau ada kesempatan bagi atau bisa juga dikatakan untuk budidaya lele, keterbatasan kepemilikan lahan di Dukuh Dengok diluar dugaan menjadi kendala utama. Ketua Lembaga Pemerintahan Warga atau juga bisa dikatakan masyarakat Desa Tanjungharjo Pujo mengungkapkan, rata-rata warga Dukuh Dengok mempunyai lahan dibatasi.
Cuma ada lahan pekarangan serta tidak banyak lahan kebun. Minimnya lahan tak cocok bila dimanfaatkan bagi atau bisa juga dikatakan untuk budidaya lele lantaran budidaya lele memerlukan lahan yng lebih luas serta pasokan air yng tentunya lebih tidak sedikit. Apalagi lahan di sana tandus serta tak ada mata air. Air memanglah mampu diambil dari Selokan Kali Bawang yng disodet dari Kali Progo. Namun, jarak ketinggian saluran air yang dengannya rumah warga sekitar 300 meter.
Melihat minimnya potensi sumber daya yang telah di sebutkan, orang-orang pun memilih bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengembangkan budidaya gurame. Memanglah percis saja yang dengannya budidaya lele yng makan tempat, namun keuntungan yng didapat mampu lebih besar.
Maka, 3,5 tahun lantas, mulailah warga membudidayakan gurame. Walau kesulitan air, orang-orang tidak putus asa. Bahu-membahu yang dengannya Pemerintah Daerah Kulonprogo, warga di sana pun membangun bak-bak penampungan air, pula membangun sumur resapan menjadi sumber air.
”Kami Perlu mempergunakan tiga pompa air bagi atau bisa juga dikatakan untuk menaikkan air dari selokan ke kolam- kolam ikan,” tutur Prabowo.
Supaya menghemat penggunaan air, kolam dibangun mempergunakan terpal. Kolam terpal lebih hemat air lantaran tak memicu resapan, berbeda yang dengannya kolam lumpur.
Sukses membudidayakan gurame, orang-orang pun memperluas kolam. Semakin tidak sedikit warga yng tertarik ikut membudidayakan ikan. Tatkala ini terdapat 8.000 meter persegi kolam ikan.
Tak puas yang dengannya hasil pembesaran gurame ukuran benih ke konsumsi, warga pun mulai merintis bisnis perbenihan. Benih didatangkan dari Purwokerto dalam bentuk telur. Harga per butir telur gurame Rp 24. Selanjutnya, telur-telur itu ditetaskan.
Hasil tetesan dipelihara sampai-sampai sebesar ukuran kuku, jempol, silet, sampai-sampai ukuran empat jari. Seluruh laku dijual. Masing-masing ukuran benih yang telah di sebutkan dipelihara oleh warga. Supaya posisi tawar orang-orang tinggi, mulailah orang-orang membentuk kelembagaan yang dengannya mendirikan Kelompok Pembudidaya Ikan ”Argo Mino”.
Atur jaringan produksi
Pendapat dari penasihat Kelompok Pembudaya Ikan Argo Mino, Suhardi, melalui kelompok ini warga mengatur jaringan produksi mulai dari input dalam bentuk pencarian serta mendatangkan benih, membesarkan, mencari sumber pakan serta memperoleh kualitas pakan paling baik, sampai-sampai memasarkan produk. Total anggota kelompok yang telah di sebutkan tatkala ini berjumlah 32 orang.
Pendapat dari Prabowo, kesuksesan membangun pusat perbenihan gurame tidak lepas dari kerja percis warga serta pemerintah daerah. Banyak sekali bantuan pun diberikan Pemda Kulonprogo. Pada mulanya, mulai dari bantuan terpal, material bangunan, sampai-sampai teknis pembenihan.
Selain itu, pemda pula membantu warga mengakses sumber pendanaan, baik dari perbankan ataupun koperasi. Maklum, pada awal mulanya tak ada satu bank pun yng tertarik memberikan kredit kepada warga di sana.
Selain tak adanya pendapatan tetap, agunan pula tak laku lantaran nilai jual obyek pajak (NJOP) lahan di sana dulu tak lebih dari Rp 3.600 per meter persegi. Akan tetapi, tatkala ini tak ada kesulitan lagi bagi petani bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengakses sumber pendanaan.
Direktur Riset serta Kajian Strategis Institut Pertanian Bogor Arif Satria mengungkapkan, kesuksesan warga berbudidaya ikan tak terlepas dari kemampuan orang-orang menyesuaikan diri yang dengannya lingkungan. Kondisi lingkungan yng susah, mendorong warga berpikir serta bertindak kreatif.
Penguatan kelembagaan
Ekonomi pedesaan yng ditopang dari bisnis budidaya ikan di Dukuh Dengok ini akan makin berkembang andaikan ada penguatan kelembagaan, kepemimpinan, dukungan infrastruktur yng memadai, serta manajemen bisnis.
”Soal teknologi budidaya sebetulnya warga atau juga bisa dikatakan masyarakat telah menguasai. Terbukti orang-orang mampu menghemat air yang dengannya mempergunakan serta memanfaatkan sisa air kolam bagi atau bisa juga dikatakan untuk budidaya lagi menjadikan tak boros air,” ujarnya.
Tinggal bagaimana menguatkan kembali jaringan sosial di antara kelompok tani. Selain itu, dalam jangka menengah serta panjang, bagaimana pemerintah mampu mengurangi ketergantungan petani terhadap pakan produk perusahaan multinasional.
Selain itu, pendapat dari Arif, kebijakan pemerintah soal stimulus fiskal mestinya diarahkan bagi atau bisa juga dikatakan untuk menggerakkan ekonomi rakyat di pedesaan, semisal budidaya ikan, bukan semisal saat ini yng lebih berorientasi ke wilayah perkotaan.
Alokasi stimulus fiskal bagi atau bisa juga dikatakan untuk desa tatkala ini cuma Rp 1,05 triliun, sementara bagi atau bisa juga dikatakan untuk kota | Rp 9,15 triliun. Adapun tax saving mencapai Rp 43 triliun. Padahal, yng paling merasakan dampak krisis ekonomi global merupakan warga pedesaan. (Hermas E Prabowo)
SUMBER: Kompas FOTO: guramesurakarta

Sumber rujukan dan gambar : http://www.agropustaka.com/2012/04/pembibitan-gurame-di-lahan-tandus.html.

Seputar Pembibitan Gurame di Lahan Tandus

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Pembibitan Gurame di Lahan Tandus