Geliat Cacing, Raup Rejeki

- September 07, 2017

Geliat Cacing, Raup Rejeki

 
Fauna ini kerap disepelekan, serta dianggap menjijikkan. Bagi Wagirun, geliat cacing malahan jadi sumber rezeki. Akibat ulah licik para ma-fia ataupun spekulan tak ber- tanggungjawab, usaha cacing menjadi suram. Walaupun begitu, Wagirun tetap bertahan beternak cacing. "Jika tidak menguntung-kan tentu saya sudah ikut-ikutan kabur mas," ungkap Wagirun yng kini menggeluti bisnis kotoran cacing serta bubuk cacing.
Pendapat dari Wagirun, yng paling penting menyiasati serta mencari pasar. "Dulu petani cacing gulung tikar lantaran terjebak persoalan pasar. Para spekulan meminta agar calon peta-ni membeli cacingnya dengan harga tinggi. Dengan janji palsu, hasil panen akan dibeli. Kenyataannya setelah berhasil dibiakkan, spekulan itu ngacir," paparnya. Pengalaman itu bikin jera tidak sedikit petani. Berlebi petani latah. Bisnis cacing pun menjadi dipandang sebelah mata.
Menjual Kotorannya "Selama ini saya menjual pupuk untuk keperluan proyek pertamanan, dan saya titipkan di berbagai toko pertanian. Cacingnya saya jadikan bubuk lantas dikapsulkan. Lumayan 1 kapsul berisi 500 g" terang anggota Asosiasi Vermi Indonesia itu.
Cacing bukan produk utamanya. Malahan kotoran atau juga kascing menjadi produk utama. Kascing Amat tidak jelek alias bagus bagi atau bisa juga dikatakan untuk menyuburkan tanaman hias, sayur, serta buah. Tak berbau. Ada yng berbentuk serbuk, pelet, serta cair.
Cacing yng dibudidayakan jenis cacing tanah yng diintroduksi dari Hongkong, yakni Lumbricus rubellus. Bentuknya mirip cacing tanah kebanykan. Cuma saja warna-nya lebih merah. Cacing ini lebih doyan makan daripada cacing tanah biasa.
Wagirun membudidayakan cacing menjadi binatang penghasil pupuk. Kadar hara dalam kotoran cacing lebih baik daripada jenis pupuk lain. "Penelitian di Jepang mengakui, pupuk kascing adalah pupuk unggul di dunia,"
Wagirun pula punya idealisme. "Di Jakarta 'kan banyak sampah melimpah ruah. Daripada selalu bikin masalah dan banjir 'kan bisa dimanfaatkan sebagai pakan cacing. Udah murah, banyak, pasokannya kontinyu," terang lelaki asal Kebumen, Jawa Sedang ini. Cacing Lumbricus rubellus bisa atau mampu berproduksi optimal di dataran tinggi berhawa sejuk. Tempat pemeliharaan pula Perlu lembap. Tempat teduh ataupun terhindar dari sinar matahari (gelap lebih tidak jelek alias bagus). Bebas dari banyak sekali hama, contohnya kecoa, semut, serta kutu ayam (gurem).
Pendapat dari Wagirun, ada tidak sedikit ba-han mampu dipakai menjadi media budidaya cacing. Misalnya, kotoran sapi, kambing ayam serta sampah or-ganik. Akan tetapi berdasar hasil penelitian oleh SUC0FIND0, serta banyak sekali pene-litian di Jepang, kotoran sapi paling tidak jelek alias bagus dipakai menjadi media ataupun pakan cacing.
Sebelum dipakai menjadi pakan cacing, kotoran sapi Perlu telah benar- benar jadi (matang). Pengertiannya, telah tak membusuk lagi serta telah tak mengalami proses fermentasi lagi. Karena, bila hal itu ter-jadi, mampu mengganggu pertumbuhan cacing. Malah mampu menghasilkan kematian cacing. Lantaran itu, supaya lebih aman, kotoran itu sebaiknya disimpan selama 1- 2 minggu lebih dulu.
Cacing bisa atau mampu berkembang biak cepat. Seekor induk dewasa bisa atau mampu menghasilkan ratusan telur setiap bulannya. Idealnya, dalam setiap besek dihuni indukan. Sebelum in-duk dimasukkan dalam besek, media ataupun pakan dimasukkan lebih dulu. Setiap besek butuh sediaan pakan sebanyk 1 kg per hari. Pada malam hari, cacing mengganyang habis pakan itu. Jadi, Kamu Perlu menyediakan jatah pakan secara rutin sebanyk 1 kg sehari-hari bagi atau bisa juga dikatakan untuk memenuhi 1 besek cacing. Rakus, ya!

Sumber rujukan dan gambar : http://www.agropustaka.com/2016/11/geliat-cacing-raup-rejeki.html.

Seputar Geliat Cacing, Raup Rejeki

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Geliat Cacing, Raup Rejeki