Agroindustri Cacing Tanah

- September 16, 2017

Agroindustri Cacing Tanah

 
Ada tiga produk agroindustri cacing tanah. Pertama, menjadi jasa penghancur sampah organik. Hasil kedua berupa kascing (bekas cacing, kotoran cacing), pupuk organik mempunyai kualitas tinggi. Hasil ketiga cacing tanah itu sendiri menjadi pakan unggas, lebih-lebih itik, serta pakan ikan konsumsi.
Akhir tahun 1990an, pernah berlangsung geger agroindustri cacing tanah. Info yng disampaikan ke warga atau juga bisa dikatakan masyarakat, harga cacing tanah mencapai Rp 250.000 per kg, yang dengannya kebutuhan tidak dibatasi. Produk cacing tanah itu akan diekspor ke Hongkong, menjadi bahan obat serta kosmetik. Diluar dugaan info itu bohong. Penyebar info cuma ingin menjual benih yang dengannya harga tinggi, dan menyelenggarakan kursus beternak cacing. Satu per satu para peternak cacing itu berguguran. Di antara orang-orang tetap ada yng bertahan hingga saat ini. Sejak 2006 orang-orang tergabung dalam Asosiasi Vermi Indonesia. Kantornya di Jl. Budi Mulia Rt.011/011 No.59, Pademangan Barat, Jakarta Utara 14420. Telp. (021) 70018981; 6414028; Hp 081905909804. Kontak person Wagirun.
Seluruh sampah organik, baik bahan nabati ataupun hewani, akan dihancurkan oleh cacing tanah. Sampah organik limbah keluarga yng dimasukkan dalam kontainer, misalnya ember plastik, akan cepat sekali hancur andaikan diberi cacing tanah. Selain bahan organik yng tak tercerna akan tetapi telah terkomposkan, dalam kontainer ini pula akan diperoleh kotoran cacing yng disebut kascing. Kascing berupa serbuk, yang dengannya butiran berbentuk kapsul sepanjang 1 mm, diameter 0,5 mm, berwarna hitam kecokelatan. Umumnya kascing akan mengumpul di bagian atas kontainer, serta mampu diambil bagi atau bisa juga dikatakan untuk dikeringkan, ataupun langsung dipakai menjadi pupuk organik. Kascing memiliki kandungan hormon giberelin, sitokinin, auksin, serta asam humat, yng bisa atau mampu menaikan mikroorganisme tanah semisal Azotobacter, Azosprilium, Aspergillus, Bacillus, serta Lactobacillus. Mikroorganisme ini Amat diharapkan tanaman.
Cacing tanah bagi atau bisa juga dikatakan untuk agroindustri merupakan cacing merah genus Lumbricus. Bentuk cacing tanah Lumbricus pipih, penampang 0,5 cm, lembek, serta gerakannya lamban. Warna-nya cokelat kemerahan, yang dengannya panjang maksimal 8 cm. Cacing tanah genus Lumbricus, gampang dibedakan yang dengannya cacing tanah genus Pheretima, yng lazim disebut cacing kalung. Bentuk cacing tanah genus Pheretima bulat, kekar, penampang 0.7 cm, serta gerakannya gesit. Warna cacing tanah Pheretima cokelat terang keunguan, yang dengannya panjang maksimal 12 cm. Kascing Lumbricus berbentuk butiran, sedangkan kascing Pheretima berupa gumpalan lengket, yng berukuran lebih besar, serta lebih lama keringnya. Budidaya cacing tanah genus Pheretima tak seekonomis genus Lumbricus.
Di dunia ini total ada sekitar 6.000 spesies cacing tanah, akan tetapi cuma 120 spescies yng penyebarannya cukup luas.
Memelihara cacing tanah Amat gampang. Benih cacing tanah Limbricus mampu diperoleh dari alam. Di sangkar ternak umumnya terkumpul cacing tanah jenis ini. Yang dengannya benih sekitar satu genggam, dalam jangka waktu sekitar satu bulan telah mampu diperoleh antara dua hingga yang dengannya tiga kilogram cacing tanah. Cacing tanah dipelihara dalam kotak kayu, plastik, ataupun wadah lain-lainnya. Paling praktis mempergunakan ember plastik lebar, yng bagian bawahnya diberi lubang. Wadah ini Perlu ditaruh di tempat yng ternaungi, sampai-sampai tak tersiram hujan serta di kenai panas matahari langsung. Ke dalam wadah ini dimasukkan kompos ataupun pupuk sangkar yng telah jadi, ditaburkan makanan cacing (bahan nabati), ditaburkan lagi kompos yng telah jadi, baru benih cacing dilepas. Ciri bahwasanya media itu cocok, cacing yng ditebar akan langsung masuk ke dalamnya. Kalau cacing menyingkir ke bagian tepi, maka media itu tak cocok bagi atau bisa juga dikatakan untuk cacing.
Cacing tak mampu hidup dalam media yng tercemar sabun (soda), garam, asam, tanin, serta bahan kimia lain-lainnya. Pakan cacing merupakan sisa-sisa sayuran, kulit buah, daun-daun kering yng jatuh di halaman, serta potongan rumput. Bahan yng berukuran cukup besar dicincang, lantas dibenamkan ke dalam media tempat pemeliharaan. Pemberian pakan di lakukan selang sekitar tiga hari. Sebelum memberikan pakan tahap selanjutnya, pakan yng diberikan sebelumnya Perlu berlebi dahulu dilihat. Kalau pakan itu masih tersisa, maka pemberian pakan selanjutnya mampu ditunda. Sebaliknya andaikan pakan itu sudah habis dimakan cacing, pemberian pakan mampu di lakukan. Pembongkaran cacing di lakukan setiap bulan. Sampai-sampai bila ingin memanen kascing serta cacing setiap minggu, diharapkan antara empat hingga lima unit sangkar. Andaikan ingin panen tiap hari, paling tidak banyak Perlu disiapkan 30 unit sangkar.
Media pemeliharaan cacing Perlu selalu disiram, akan tetapi tak boleh hingga basah kuyup. Penyiraman cuma ditujukan supaya media tetap lembap. Panen di lakukan yang dengannya pengambilan cacing, salah satunya anaknya, lantas pengayakan kascing. Lantaran berukuran kecil maka kascing akan lolos dari ayakan, sementara kompos serta media yng belum tercerna akan tetap berada dalam ayakan. Media yng belum tercerna ini dia yng akan dijadikan bahan memelihara cacing selanjutnya. Dalam media ini pula tersimpan telur cacing yng belum menetas. Cacing yng dipanen diseleksi. Yng berukuran besar diambil, sementara yng kecil-kecil kembali dilepas ke dalam wadah pemeliharaan, bagi atau bisa juga dikatakan untuk dipanen satu bulan lantas.
Harga kascing berkisar antara Rp 10.000 hingga yang dengannya Rp 20.000, bergantung dari kualitas dan kadar air yng terkandung di dalamnya. Kascing mampu dikemas dalam kantung plastik ukuran 1 kg, 2 kg, 5 kg, 10 kg, serta 25 kg. Kascing merupakan pupuk mempunyai kualitas tinggi bagi atau bisa juga dikatakan untuk budidaya cabai, kentang, bawang merah, serta tanaman hias. Warga atau juga bisa dikatakan masyarakat perkotaan yng mempergunakan serta memanfaatkan cacing menjadi penghancur sampah, mampu mempergunakan kascing bagi atau bisa juga dikatakan untuk media tanam dalam pot. Baik bagi atau bisa juga dikatakan untuk budidaya tanaman hias, sayuran, ataupun tanaman obat. Kascing mampu juga bagi atau bisa juga dikatakan untuk memupuk tanaman yng ada di halaman rumah, salah satunya rumput. Kandungan hormon perangsang tumbuh pada kascing, membuat tanaman yng dipupuk yang dengannya bahan ini menjadi lebih sehat, yang dengannya hasil yng bisa atau mampu meningkat hingga 100% dari yng tak dipupuk yang dengannya kancing.
Yang dengannya harga kascing Rp 10.000 per kg, sebetulnya agroindustri cacing telah cukup menguntungkan. Berlebi kalau pula memperhitungkan hasil cacingnya. Akan tetapi memasarkan cacing lebih susah dibanding yang dengannya kascingnya. Sampai-sampai idealnya agroindustri cacing tanah, Perlu disertai yang dengannya pemeliharaan lele, belut, ataupun itik. Baik itik pedaging ataupun petelur. Komponen terbesar (70%), biaya peternakan ikan serta itik merupakan pakan. Pakan ikan serta unggas, terdiri dari 50% karbohidrat, 30% protein nabati, serta 20% protein hewani. Walaupun komponen protein hewani paling kecil volumenya, akan tetapi harganya paling tinggi. Yang dengannya mempergunakan serta memanfaatkan cacing tanah, maka komponen biaya pakan mampu ditekan. Cacing tanah mampu diberikan segar secara langsung menjadi pakan ikan ataupun unggas, mampu juga yang dengannya dicampurkan ke dalam adonan pakan, bersamaan yang dengannya karbohidrat serta protein nabati.
SUMBER KLIPPING: Foragri
SUMBER GAMBAR: S. Hanif


Sumber rujukan dan gambar : http://www.agropustaka.com/2012/04/agroindustri-cacing-tanah.html.

Seputar Agroindustri Cacing Tanah

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Agroindustri Cacing Tanah