Penyebab, Pencegahan dan Pengobatan Diare pada Ternak

- Oktober 16, 2017

Penyebab, Pencegahan dan Pengobatan Diare pada Ternak

 
Diare pada ternak (sapi, kerbau, kuda, kambing, kelinci, unggas, ayam, itik, bebek, angsa, kelinci, kucing, anjing, dll) bukan adalah sebuah penyakit, namun lebih adalah ciri ataupun gejala klinis dari sebuah penyakit yng lebih komplek yng mampu penyebabnya yaitu oleh aneka macam hal.Diare pada ternak, semisal pada kita-kita, bisa berlangsung disaat pergerakan cairan tubuh dalam system pencernaan mengalami gangguan. Umumnya selalu berakibat kehilangan cairan ataupun dehidrasi. Cairan tubuh yng keluar ini pula membawa dan garam garam mineral ataupun elektrolit. Di sayangkan, kehilangan ini akan merubah keseimbangan kimiawi tubuh yng pada akhirnya akan memicu stress dan depresi, yng bisa berujung pada kematian. Rehidrasi, sebuah terapi pada ternak yang dengannya memberikan air dan suplemen elektrolit bisa membantu meredakan efek diare dan memulihkan keseimbangan yang telah di sebutkan.
Secara umum, diare dibagi dua kategori, diare yng dibebabkan oleh ketidakseimbangan nutrisi (non-infeksius) dan diare yng penyebabnya yaitu oleh infeksi mikroorganisme.
E Coli

Diare Non-Infeksi
Umumnya penyebabnya yaitu oleh perubahan (yng tiba-tiba) dari program pemberian pakan.Mampu berlangsung disaat pedet yng asalnya mengkonsumsi susu menjadi satu satunya sumber nutrisi, tumbuh dewasa dan mulai makan serat kasar ataupun hijauan menjadi suplemen. Ataupun mampu pula berlangsung disaat pemberian susu buatan (CMR - Calf Milk Replacement) tak sesuai takaran, terlalu dingin ataupun malah basi.
Walaupun seringkali tak Amat rawan dan tak hingga memicu kematian, diare non-infeksi ini (lebih-lebih pada sapi muda/pedet) bisa yang dengannya cepat melemahkan tubuh yng pada gilirannya bisa memicu ternak rentan di kenai diare infeksi ataupun penyakit lain yng lebih parah.Diare Infeksi
Diare jenis ini adalah masalah terbesar lebih-lebih pada sapi pedet. Mampu penyebabnya yaitu oleh infeksi virus, bakteri ataupun protozoa. Oleh karena itu, identifikasi terhadap sumber penyebab diare adalah sebuah langkah penting dalam membuat program pencegahan diare.
Infeksi Bakteri
Bakteri ini menghasilkan semacam protein yng bersifat racun yng bisa menganggu dinding usus. Ternak memberikan reaksi terhadap racun ini yang dengannya memompa air dalam jumlah tidak sedikit ke system usus yang dengannya tujuan bagi atau bisa juga dikatakan untuk membilas ataupun menyiram racun ini. Beberapa bakteri yng bertanggung jawab terhadap infeksi ini merupakan berasal dari jenis E. coli, Salmonella, dan Clostridium.Escherichia coli
E. coli sebetulnya adalah jenis mikroorganisma yng biasa dari terdapat dalam system pencernaan ternak. Tidak sedikit dari strain E. coli percis sekali tak rawan, namun beberapa jenis bisa memicu diare parah dan malah kematian. Umumnya E. coli akan memicu jaringan epitel dalam usus berganti fungsi, dari mode penyerapan (nutrisi) menjadi mode pengeluaran. E. coli pula seringkali dituduh menjadi penyebab utama diare pada sapi.
Sekurangnya ada 3 jenis E. coli yng bisa dikemukakan.
  1. Enteric - Ini jenis yng paling umum. Ciri klinis utama merupakan diare hebat. Pedet yang dengannya cepat menjadi lemas dan mengalami dehidrasi. Umumnya diawali dulu yang dengannya demam yng lantas yang dengannya cepat kembali normal, ataupun mendekati normal. Bisa memicu kematian.
  2. Enterotoxigenic - Penyebabnya yaitu oleh bakteri E. coli dari jenis K-99. Infeksi dari strain ini berakibat fatal. Racun memicu cairan yng dipompa ke dalam usus sedemikian tidak sedikit menjadikan pedet umumnya mati malah sebelum gejala diare (mencret) muncul. Diare semisal ini merupakan satu dari sekian banyaknya yng diare yng bisa muncul pada umur pedet dibawah 3 hari.
  3. Septicemic - Jenis ini bekerja mirip bakteri Salmonella. Metodanya merupakan yang dengannya menginfeksi sirkulasi darah dan masuk kedalam jaringan tubuh menjadikan memicu infeksi global. Luka dan jejak dari infeksi bakteri jenis ini umumnya tak tampak secara terang. Ini adalah jenis E. coli yng ganas, seringkali memicu kematian tanpa gejala klinis diare berlebi dahulu. Pedet yng tak mendapatkan ataupun dihentikan pemberian kolostrum, umumnya mati lantaran jenis septisemik ini.

E. coli umumnya menjangkiti pedet yng baru berusia dibawah 14 hari, tidak sedikit kasus berlangsung pada usia tidak lebih dari 1 minggu. E. coli Suka didapati menjadi infeksi lanjutan dari infeksi rotavirus dan coronavirus.
Butuh diingat bahwasanya tidak lebih lebih cuma 60% cairan elektrolit yng bisa diserap oleh pasien, pengobatan yng efektif memerlukan peningkatan frekuensi pemberian bagi atau bisa juga dikatakan untuk menggantikan cairan dan elektrolit yng hilang lantaran diare. Disaat 40% dari cairan yang telah di sebutkan cuma ‘numpang lewat’ di tubuh ternak, diare mampu tampak lebih parah meskipun sebetulnya pengobatan yng efektif tengah berjalan.
Di pasaran telah tersedia vaksin baru bagi atau bisa juga dikatakan untuk E. coli. Vaksin ini memiliki kandungan antigen K99 yng bisa memberikan kekebalan terhadap aneka macam jenis E. coli. Vaksin diberikan pada induk pada 6 minggu dan 3 minggu sebelum melahirkan. Tersedia pula vaksin yng adalah kombinasi vaksin E. coli, rota dan coronavirus. Vaksin ini membantu pembentukan tingkat antibodi yng tinggi di kolostrum, namun pedet Perlu mendapatkan kolostrum sesegera barangkali seusai dilahirkan supaya vaksin bisa bekerja efektif.Salmonella
Menyerang lapisan lendir dalam usus kecil, memicu peradangan dan pengikisan pada lapisan usus. Bakteri ini bisa menyerang sirkulasi darah, persendian, otak, paru paru dan hati. Lebih jauh, ternak yng terinfeksi bisa menyebarkan bakteri ini dalam kotoran/faeces, urine, saliva dan cairan hidung. Bakteri yng tinggal dalam media media yang telah di sebutkan bisa hidup hingga bilangan bulan.
Sumber infeksi Salmonella pada pedet bisa berasal dari sesama ternak sapi, burung, binatang pengerat, air, kita-kita dan air susu yng berasal dari sapi terinfeksi. Infeksi yng paling umum merupakan berasal dari bakteri Salmonella typhimurium.
Diare yng timbul umumnya cukup parah, ternak tak mau minum susu ataupun CMR, dehidrasi berat dan demam tinggi. Kotoran berair dan seringkali terdapat bercak darah. Tingkat kematian pada pedet yng terinfeksi salmonella Amat tinggi, umumnya berlangsung pada 12 - 48 jam seusai ciri ciri pertama muncul.
Infeksi salmonella pada pedet bisa berlangsung pada seluruh tingkat usia, namun umumnya berlangsung pada usia diatas 6 hari. Mengingat ada lebih dari 1000 jenis bakter Salmonella, selain itu tidak sedikit isolat yng didapati adalah jenis yng Amat tahan terhadap pola pola antimikroba. Oleh karena itu tes khusus (bacteriologic sensitivity test) Amat kritis bagi atau bisa juga dikatakan untuk menentukan jenis antibiotik yng diberikan.Clostridium perfringens
Bakteri Clostridium dari tipe B, C dan D ini bisa memicu enterotoxemia, sebuah infeksi usus yng akut. Clostridium perfringens secara normal didapati pada usus sapi dewasa dan bisa bertahan hidup cukup lama di tanah. Kondisi perubahan program pakan yng secara tiba-tiba yng dimakan terlebih bisa menghasilkan proses pencernaan makanan yng tidak lebih sempurna, memperlambat pergerakan usus, menproduksi gula, protein dan konsentrasi oksigen yng rendah yng berujung pada lingkungan yng cocok bagi atau bisa juga dikatakan untuk mempercepat pertumbuhan bakteri Clostridium. Kondisi basah dan lembab pula terlihat dimau-kan oleh bakteri ini.
Pedet yng terinfeksi menunjukan gejala gelisah. Seringkali disertai ketegangan dan tendangan pada bagian perut. Pedet seringkali didapati sudah mati tanpa gejala apa apa. Umumnya berlangsung pada usia tidak lebih dari 10 - 14 hari. Infeksi Clostridial ini tak terlalu umum dijumpai pada pedet. Pun demikian, penyakit ini bisa dikendalikan yang dengannya memvaksinasi induk sapi yang dengannya Clostridium perfringens toxoid pada 60 hingga 30 hari sebelum melahirkan. Selanjutnya satu dosis booster Perlu diberikan setiap 12 bulan sebelum melahirkan. Andaikan masalah ini di diagnosa pada pedet yng dilahirkan dari induk yng belum di imunisasi, antitoxin bisa langsung diberikan pada pedet. pemberian antitoxin dan antibiotik secara oral dipandang menjadi satu satunya pengobatan yng efektif.Infeksi Virus
Virus menyerang lapisan sel usus kecil yng mengganggu proses penyerapan. Virus masuk kedalam sel dan mempergunakan bahan bahan sel yang telah di sebutkan bagi atau bisa juga dikatakan untuk reproduksinya. Disaat sel yng menjadi tempat berkembang biak penuh oleh virus, sel yang telah di sebutkan pecah dan mengeluarkan virus virus baru bagi atau bisa juga dikatakan untuk menyerang sel lain lebih tidak sedikit.
Infeksi yng penyebabnya yaitu virus memicu pedet menjadi lebih rentan terhadap serangan infeksi bakteri lain. Rotavirus dan Coronavirus mempunyai tips kerja yng percis dan adalah “tertuduh” utama pada kasus diare pada pedet. Kedua organisme yang telah di sebutkan tidak sedikit terdapat pada sapi dewasa dan paparan pada sapi sapi muda menjadi Amat umum.
Gejala yng ditimbulkan merupakan mencret parah, hampir tak ada demam, depresi dan dehidrasi hebat. Seringkali berlangsung pengeluaran saliva (air liur) dan Suka mengejan.
Umumnya berlangsung hingga pada 10 - 14 hari sejak kelahiran, khususnya 10 hari pertama. Seringkali terdapat kompilikasi serangan lain dari bakteri semisal E. coli. Pada kasus ini antibiotik tak efektif terhadap virus, namun bisa membantu melawan infeksi bakterinya.
  1. Rotavirus - Bisa menghasilkan diare pada pedet dalam 24 jam seusai dilahirkan. Bisa menulari ternak berusia 30 hari ataupun lebih. Pengeluaran saliva, dan diare hebat. Kotoran bisa berwarna kuning hingga hijau. Kehilangan nafsu makan dan tingkat kematian bisa mencapai 50 %, bergantung pada kehadiran infeksi lanjutan dari jenis bakteri lain.
  2. Coronavirus - Berlangsung pada pedet usia 5 hari ataupun lebih. Bisa menulari pedet yng berusia 6 minggu ataupun lebih.

Tingkat depresi tak setinggi infeksi oleh rotavirus. Pada awal mulanya, feces ternak akan menunjukan bentuk dan warna yng percis yang dengannya infeksi rotavirus. Sesudah beberapa jam, feces bisa memiliki kandungan lendir bening yng menyerupai putih telur. Diare bisa terus berlangsung selama beberapa hari. Tingkat kematian akibat coronavirus berkisar antara 1 hingga 25 %.
Ciri luka seringkali tak terang. Umumnya usus penuh oleh feces cair. Andaikan ciri luka terlihat di dalam usus, itu umumnya diakibatkan oleh infeksi bakteri lanjutan.
Diagnosis yng akurat cuma bisa ditentukan melalui pemeriksaan laboratorium.
Vaksinasi yng spesifik bagi atau bisa juga dikatakan untuk rota dan coronavirus telah tersedia. Bisa diberikan yang dengannya dua tips, oral segera seusai pedet dilahirkan, ataupun vaksinasi terhadap induk sapi hamil.
Program vaksinasi pada induk sapi ini umumnya di lakukan beberapa kali. Pada tahun pertama program, vaksin pertama diberikan pada 6 - 12 minggu sebelum kelahiran, dan yng kedua sedekat barangkali yang dengannya waktu kelahiran. Lantas pada tahun selanjutnya, si induk diberikan booster vaksin sebelum melahirkan. Andaikan periode melahirkan terlambat lebih dari 6 - 8 minggu, induk yng belum melahirkan di akhir minggu ke-enam diberikan booster vaksin kedua.
Yang dengannya mengikuti prosedur ini, bisa dipastikan bahwasanya pedet yng dilahirkan mendapatkan antibodi rota dan coronavirus yng tinggi dalam kolostrum.Bovine Virus Diarrhea (BVD) pula adalah agen virus yng bisa memicu diare.
Walaupun secara umum jarang dijumpai pada pedet muda ataupun baru lahir. Antibodi yng berasal dari kolostrum induk yng divaksin BVF Amat membantu menjaga pedet. Pedet yng baru dilahirkan dan di kenai infeksi BVD ini bisa mengalami demam tinggi, nafas yng tersengal sengal dan diare parah. BVD seringkali didapati bersama agen infeksius yng lain.
BVD bisa dikendalikan yang dengannya melakukan vaksinasi terhadap sapi sapi dara (heifer) 1 ataupun 2 bulan sebelum di kawinkan.
Infeksi Protozoa
Di Amerika Serikat, Coccidia & Cryptosporidia tidak sedikit didapati di hampir seluruh kumpulan populasi sapi. Organisme ini masuk kedalam tubuh melalui makanan dan air yng terkontaminasi dan bisa hidup dalam kondisi dormant (suri) di tanah dan kotoran ternak selama 1 tahun.
Disaat hingga di dalam usus, telur (oocyst) dari protozoa ini menetas dan berkembang biak. Menempel dan masuk ke dalam jaringan sel pada lapisan usus, menghambat pencernaan dan penyerapan makanan.
Gejala infeksi subklinis kronis tak begitu terang, umumnya ternak menderita dan mengurangi konsumsi pakan menjadikan pertumbuhan terhambat. Infeksi akut memicu diare (terkadang disertai darah), depresi, kehilangan berat badan dan dehidrasi. Namun umumnya pedet tetap makan.
Coccidia mempunyai siklus hidup 21 hari. Menjadikan pada pedet usia dibawah itu (18 - 19 hari) jarang yng terinfeksi. Cryptosporidia umumnya didapati pada pedet usia 7 - 21 hari. Secara umum menginfeksi bersama rotavirus, coronavirus dan E. coli.
Ada jenis protozoa lain yakni Giardia yng baru sejak beberapa tahun lantas cukup tidak sedikit didapati infeksinya. Infeksi tidak sedikit didapati lebih-lebih pada pedet usia 3 hingga 5 minggu.Bagaimana Mencegah diare pada ternak ?
Semisal sudah dikemukakan diatas, diare (sapi, kerbau, kuda, kambing, kelinci, unggas, ayam, itik, bebek, angsa, kelinci, kucing, anjing, dll) bukan penyakit sebetulnya, namun lebih adalah ciri ciri klinis dari penyakit yng lebih kompleks. Sesudah kita mengetahui apa penyebab diare yang telah di sebutkan, harapannya bisnis pencegahan akan lebih gampang di lakukan.
Bagi atau bisa juga dikatakan untuk diare yng penyebabnya yaitu oleh non-infeksi, yng Perlu di lakukan kiranya merupakan melakukan manajemen pemberian pakan yng baik, Amat tak dianjurkan bagi atau bisa juga dikatakan untuk merubah menu pakan secara tiba-tiba dan drastis. Baik jenis ataupun volumenya. Lakukan perubahan menu secara gradual dan perlahan lahan.
Penelitian moderen menunjukan bahwasanya diare pada pedet berhubungan erat yang dengannya asupan kolostrum pada pedet yng baru lahir. Pedet yng diasuh yang dengannya baik dan mengkonsumsi 1 - 2 liter kolostrum maksimal 30 menit seusai dilahirkan menyerap tingkat antibodi yng lebih tinggi. Pedet semisal ini lebih tak rentan terhadap diare ataupun penyakit yng biasa menyerang anak sapi.
Selanjutnya terapkan pula manajemen sangkar dan perawatan yng baik, misalnya:
  • Pisahkan sapi dara dan sapi yng lebih dewasa, tingkat imunitas dari pedet yng dilahirkan sapi dara secara umum lebih rendah daripada pedet yng dilahirkan sapi dewasa.
  • Hindari tempat melahirkan yng basah dan lembab, proses kelahiran bisa di lakukan di padang penggembalaan andaikan cuaca dan tempat memungkinkan. Lingkungan ideal bagi atau bisa juga dikatakan untuk melahirkan merupakan padang/lapangan rumput yng tak terlalu curam, tersedia penahan angin (windbreak), cuaca Anget dan kering. Ingatlah bahwasanya penyebab diare merupakan udara lembab, dingin, basah dan lingkungan yng kotor.
  • Andaikan melahirkan di tempat yng sempit, andaikan kondisi memungkinkan, pindahkan induk dan anak ke lapangan rumput yng bersih segera seusai melahirkan. Lindungi pedet (yang dengannya sangkar portable) dari udara dingin, hujan ataupun serangan binatang buas
  • Isolasi pedet yng diare secepat barangkali. Bersihkan dan desinfeksi lingkungan sangkar. Isolasi sedini barangkali Amat kritis bagi atau bisa juga dikatakan untuk menghindari penyebaran diare pada pedet lain.
  • Pastikan induk dan anak dalam kondisi yng baik, terapkan program pakan dan nutrisi bagi atau bisa juga dikatakan untuk memastikan ternak tumbuh sehat dan kuat.
  • Berikan larutan iodine (betadine, ataupun minimal obat merah) pada ari ari pedet, sedini barangkali seusai dilahirkan.
  • Meminta saran dokter ataupun mantri hewan mengenai vaksinasi ataupun perawatan kebugaran atau kesehatan yng bisa diberikan
  • Lantaran masalah utama dari pedet yng diare merupakan kehilangan cairan, maka tindakan terhadap pasien yng pertama Perlu ditujukan bagi atau bisa juga dikatakan untuk memperbaiki kembali keseimbangan cairan tubuh. Selanjutnya merupakan tindakan pemberian antibiotik dan perawatan yng baik.
  • Cairan (dalam hal ini air) Amat penting, namun harap di ingat, selain cairan, diare pula menghilang-kan garam garam elektrolit. Dan tanpa elektrolit dalam proporsi yng seimbang, cairan saja tak bisa diserap tubuh.
  • Sekira 70% dari bagian tubuh pedet terdiri dari air. Ciri ciri klinis dehidrasi umumnya mulai berlangsung tatkala 5 - 6 % cairan tubuh hilang. 10 % kehilangan cairan berakibat depresi, mata sayu, kulit kering dan Amat barangkali pedet tak mampu berdiri. Pada 15 %, umumnya berakibat kematian.
  • Konsultasikan yang dengannya dokter ataupun mantri hewan kamu mengenai elektrolit yng bisa diberikan secara oral.

Andaikan cairan elektrolit tak tersedia, kamu bisa membuat sendiri. Formula yng penulis pernah coba dan cukup gampang membuatnya merupakan:
Resep Cairan Elektrolit bagi atau bisa juga dikatakan untuk Diare
  • 3 kotak kecil kaldu sapi instan. Ataupun mampu pula mempergunakan 1 sachet kaldu sapi
  • 1 sachet supaya supaya bubuk, merek burung camar
  • 2 sendok garam
  • 2 sendok soda kue/baking soda/sodium bicarbonate/NaHCO3

Campurkan bahan diatas yang dengannya air Anget sampai-sampai mencapai 2 liter. Berikan perlahan lahan, 1 liter larutan elektrolit ini setiap 3 - 4 jam. Jangan dulu berikan susu, minimal 24 jam seusai pemberian elektrolit, lantaran susu adalah medium yng baik bagi pertumbuhan bakteri E. coli. Andaikan pedet telah mampu minum dari dalam ember (sebaiknya diajarkan sedini barangkali), biarkan pedet meminumnya, namun awasi jangan hingga terlalu cepat. Bila tak, buatlah botol dot yang dengannya tips membuat dari botol air mineral kemasan 1 liter. Kasih selang yng dimampatkan di ujungnya. Kasih lubang tidak banyak supaya cairan bisa keluar perlahan lahan.
Secara umum, selain kehilangan cairan, kondisi diare memicu system pencernaan menjadi asam. Oleh karenanya selain terapi cairan dan elektrolit, butuh pula diberikan larutan suspense alkali. Yng dalam resep diatas berupa soda kue. Bila tak tersedia, kiranya 2 liter air Anget ditambah 2 sendok makan garam pun bisa membantu.
Selain resep diatas, ada beberapa resep lain yng dipercaya warga atau juga bisa dikatakan masyarakat bisa dipakai bagi atau bisa juga dikatakan untuk menangkal diare pada sapi, baik sapi pedet ataupun sapi dewasa.
Pasien diberi daun pangi, daun sirsak, daun pisang ataupun campuran 10 cc getah pepaya yang dengannya 100 cc air. Ada pula yng mempercayai bahwasanya daun nangka mampu berguna menghentikan diare.
Butuh di ingat bahwasanya tindakan tindakan ini cuma bagi atau bisa juga dikatakan untuk membantu meredakan diare, bukan bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengobati infeksi (bila ada) yng berlangsung. Konsultasikan selalu yang dengannya dokter ataupun mantri hewan kamu bagi atau bisa juga dikatakan untuk tindakan selanjutnya ataupun perawatan antibiotik.
Catatan Akhir
Masalah diare adalah masalah yng akan terus berlangsung pada ternak sapi perah, lebih-lebih pada sapi muda dan pedet. Program pemberian nutrisi yng cukup, sanitasi sangkar dan manajemen dan perawatan kebugaran atau kesehatan yng baik dibutuhkan bagi atau bisa juga dikatakan untuk meminimalisasi impak dan kerugian. Diagnosis dini dan tindakan yng cepat akan Amat membantu.
Selain itu recording dan pencatatan adalah hal yng mutlak dibutuhkan. Sebisa barangkali catatlah fenomena dan tindakan yng sudah diberikan pada ternak, bagi atau bisa juga dikatakan untuk membuat mudah diagnosa dan tindakan di lantas hari.
Diare non infeksi umumnya penyebabnya yaitu oleh perubahan (yng tiba-tiba) dari pemberian pakan. Biasanya berlangsung disaat pedet yng biasanya minum susu dari induk diganti yang dengannya susu buatan tak sesuai takaran, terlalu dingin, ataupun telah basi. Sedangkan diare infeksi oleh bakteri biasanya merupakan E. Coli, Salmonella, dan Clostridium perfringens. Diare lantaran E coli bisa berlangsung secara parah malah memicu kematian. Ciri-tanda yng berlangsung yakni pedet lemas lantaran dehidrasi, demam, kotoran encer tentunya. Ecoli umumnya menyerang pedet yng baru berumur di bawah 14 hari.
Penyebab selanjutnya samonella yng menyerang lapisan lendur dalam usus kecil, memicu peradangan dan pengikisan pada lapisan usus. Bakteri yng ada dalam feses pedet bisa hidup hingga beberapa bulan. Diare yng timbul cukup parah, ternak tak mau minum, dehidrasi berat dan demam tinggi. Kotoran tentunya berair dan bisa disertai bercak darah. Pedet bisa matidalam waktu 12 – 48 jam seusai tanda-tanda pertama muncul. Infeksi ini biasanya berlangsung pada pedet umur di atas 6 hari.
Bakteri clostridium memicu enterotoxemia sebuah infeksi usus akut. Clostridium bisa hidup bertahan cukup lama di tanah. Kondisi basah dan lembab Amat disukai oleh bakteri ini. Ciri-tanda pada pedet antara lain gelisah, ketegangan dan menendang-nendang bagian perut. Pedet bisa berlangsung mati tanpa gejala apapun yng berlangsung pada umur tidak lebih dari 10 – 14 hari.
Infeksi virus yng biasanya memicu diare merupakan Rotavirus, Coronavirus dan Bovine Virus Diarrhea (BVD). Virus menyerang lapisan sel usus kecil menjadikan mengganggu proses penyerapan. Infeksi virus ini memicu pedet rentan oleh serangan infeksi bakteri semisal E. Coli. Ciri-tanda penyakit yng timbul mencret parah, depresi dan diare hebat. Seringkali berlangsung pengeluaran air liur dan Suka mengejan . Rotavirus bisa megakibatkan diare pedet dalam waktu 24 jam seusai di lahirkan. Ciri yng khas feses berwarna kuning hingga hijau. Pada infeksi Coronavirus tingkat depresi tak setinggi Rotavirus. Pad awal mulanya feses semisal Rotavirus seusai beberapa jam feses bisa memiliki kandungan lendir bening yng menyerupai putih telur. Pedet baru lahir yng di kenai BVD bisa mengalami demam tinggi, nafas tersengal-sengal dan diare parah. Infeksi Suka kali didapati bersama agen infeksius lain.
Infeksi Protozoa bisa terjadimelalui makanan dan iar yng terkontaminasi dan bisa hidup dorman di tanah dan kotoran ternak selama 1 tahun. Gejala infeksi yakni diare (terkadang disertai darah), depresi, dehidrasi dan turunnya berat badan.Selanjutnya bagaimana pencegahan diare?. Melihat dari uraian diatas bagi atau bisa juga dikatakan untuk diare non infeksi tentunya butuh di lakukan menejemen pemberian pakan yng baik, hindari perubahan pakan secara tiba-tiba dan drastis. Baik jenis ataupun volumenya. Lakukan perubahan secara bertahap dan perlahan. Usahakan sangkar bersih dan kering, berikan larutan iodin pada ari-ari pedet sedini barangkali seusai melahirkan. Bila butuh mintalah saran pada dokter hewan wacana program perawatan kebugaran atau kesehatan hewan yng diberikan.

Sumber rujukan dan gambar : http://www.agrinak.com/2015/05/penyebab-pencegahan-dan-pengobatan.html.

Seputar Penyebab, Pencegahan dan Pengobatan Diare pada Ternak

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Penyebab, Pencegahan dan Pengobatan Diare pada Ternak