Agrisbisnis Benih Tanaman Hortikultura

- April 23, 2017

Agrisbisnis Benih Tanaman Hortikultura

 
Seiring konsumsi buah serta sayuran yng terus meningkat, kebutuhan benih ikut naik. Potensi usaha pembenihan pun kian menggiurkan yang dengannya nilai pasar lebih dari Rp 500 miliar per tahun. Butuh penuntasan sejumlah masalah.
Menjadi negara agraris, kebutuhan produk hortikultura semisal tanaman serta buah tidak mampu dianggap sepele. Apalagi, tingkat konsumsi sayuran serta buah warga atau juga bisa dikatakan masyarakat Indonesia terus meningkat. Cuma saja, sejumlah masalah masih bikin mumet petani serta pengusaha hortikultura.
Lantaran itu, beberapa perusahaan benih cukup proaktif menggarap pasar yng nilainya mencapai Rp 500 miliar tiap tahun. Di antaranya merupakan
PT East West Seed Indonesia. Yang dengannya mengklaim menguasai 40% pasar benih nasional serta mempunyai total 160 varian benih yng mayoritas telah diproduksi di dalam negeri, East West secara intensif memberikan bimbingan teknik budidaya bagi para petani. “Kami memiliki banyak tenaga teknis,” ujar Afrizal Gindow, Direktur Pemasaran serta Penjualan PT East West Seed Indonesia.
Pendampingan bertujuan supaya petani lebih loyal. “Target penjualan naik 10% dari tahun lalu,” tambahnya. Sayang, ia enggan menyebutkan omzet tahun lantas.
Catatan saja, East West pula mengekspor sekitar 10% dari produksi benih yng mencapai 1.500 ton per tahun ke sejumlah negara semisal Thailand, Filipina, Vietnam, serta India. “Setiap tahun kami mengeluarkan lebih dari lima produk baru,” terang Afrizal.
Direktur Utama PT Agrosid Manunggal Sentosa, Ayub Darmanto pula berharap tahun ini mampu menaikan omzet penjualan sebesar 20%. Ayub mengklaim, dari sekitar 26 perusahaan yng bergerak di benih hortikultura, market share Agrosid Manunggal mencapai 10%.
Makanya, orang-orang bakal menaikan penjualan yang dengannya mengincar baik petani skala kecil yng mempunyai lahan seluas 100 meter persegi (m²) sampai-sampai 200 m², pula petani skala besar yng lahannya sampai-sampai satu hektare. Tatacaranya, “Kami juga meningkatkan kualitas penyuluh lapangan untuk penetrasi pasar,” ungkap Ayub.
Ada transfer teknologi
Terkait impor benih yng masih besar, Ayub mengakui, tak seluruh benih hortikultura mampu diproduksi di dalam negeri lantaran butuh modal besar serta teknologi tinggi. ”Faktor harga komoditas di pasar, pengendalian hama, iklim yng mendukung pula jadi penentu,” ujarnya.
Tantono Subagyo, Regulatory & Corporate Affair Advisor PT Syngenta Indonesia, menyatakan, Sygenta pula serius menggarap pasar ini. Orang-orang memperkuat lini usaha benih hortikultura yang dengannya membangun pabrik benih di Pasuruan yang dengannya total dana sekitar
Rp 250 miliar. Selain bagi atau bisa juga dikatakan untuk produksi benih jagung, pabrik itu pula diarahkan ke produksi benih hortikultura. “Kami akan mulai beroperasi mulai November 2011 ini,” tuturnya.
Sygenta yakin, kebutuhan benih hortikultura cukup besar serta belum mampu dipenuhi oleh produksi dalam negeri. Tatkala ini, kontribusi pendapatan Syngenta di benih hortikultura baru sekitar 10%. Pendapatan terbesar ditopang dari penjualan produk pestisida, yakni hampir sebesar 75%. Sisanya yakni 15%, disumbang oleh penjualan benih jagung.
Toh, Tantono optimistis, penjualan dari benih hortikultura mampu meningkat dalam dua sampai-sampai tiga tahun ke depan. Di sayangkan, ia enggan menyebut target penjualan dari benih hortikultura. “Kita lihat seberapa besar permintaan pasar,” ujar dia.
Walau semakin tidak sedikit pemain yng masuk, Ayub berharap, ada transfer teknologi dari perusahaan besar ke perusahaan kecil. “Persaingan bisa fair tanpa menjatuhkan satu sama lainnya,” ujarnya.
SUMBER KLIPPING: Kesempatan Bisnis Kontan


Sumber rujukan dan gambar : http://www.agropustaka.com/2012/04/agrisbisnis-benih-tanaman-hortikultura.html.

Seputar Agrisbisnis Benih Tanaman Hortikultura

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Agrisbisnis Benih Tanaman Hortikultura