Sistem Pengaturan Temperatur pada Ternak

- September 08, 2017

Sistem Pengaturan Temperatur pada Ternak

 
Dalam tubuh, panas diperoleh oleh kerja otot, oksidasi serta seluruh proses vital yng ikut dan membentuk metabolisme basal. Panas disingkirkan dari tubuh melalui radiasi, konduksi, evaporasi melalui kulit serta respirasi. Sejumlah kecil panas dibuang melalui urine serta feses. Keseimbangan antara pembentukan serta pembuangan panas menentukan temperatur tubuh. Kecepatan reaksi-reaksi kimia dipengaruhi oleh temperature, menjadikan produksi panas dari sel-sel yng hidup akan meningkat 2-3 kali andaikan temperature dinaikkan 10��C. Oleh karenanya perubahan temperatur akan merubah karakter yng unik dalam proses biologi, menjadikan temperatur tubuh yng relatif konstan dibutuhkan bagi atau bisa juga dikatakan untuk berfungsinya proses-proses dalam tubuh secara efisien.
Pada invertebrata pada biasanya tak bisa menyesuaikan temperatur tubuhnya menjadikan temperatur tubuhnya Amat dipengaruhi oleh lingkungannya. Pada vertebrata, mekanisme bagi atau bisa juga dikatakan untuk mempertahankan temperatur tubuh yang dengannya menyesuaikan pembentukan panas serta pembuangan panas sudah berkembang. Didasari kemampuan pengaturan temperatur tubuhnya hewan digolongkan dalam 2 kelompok, yakni:1. Homeoterm ataupun hewan berdarah panas.Burung serta mamalia salah satunya hometerm. Pada homeoterm serangkaian respon refleks yng lebih-lebih terintegrasikan dalam hipotalamus bekerja bagi atau bisa juga dikatakan untuk mempertahankan temperatur tubuh dalam batas-batas yng sempit walaupun fluktuasi temperatur sekitarnya besar. Binatang berhibernasi merupakan pengecualian, pada waktu bangun hewan ini merupakan homeoterm, namun selama berhibernasi temperatur tubuhnya turun.2. Poikiloterm ataupun hewan berdarah dingin.Pada reptilian, ampibia serta ikan. Pada poikiloterm temperatur tubuhnya bervariasi bergantung secara langsung pada temperatur lingkungannya.Pada mamalia yng masih Amat muda dimana fungsi integrasi otak belum berkembang memperlihatkan toleransi yng besar terhadap perubahan temperatur dalam tubuhnya.Kondisi-kondisi yng bisa atau mampu melindungi variasi normal temperatur tubuh pada hewan homeoterm antara lain: umur, jenis kelamin, musim, waktu dalam hari, temperatur lingkungan, exercise (aktivitas), makan, minum serta pencernaan.
Variasi diurnalPada hewan homeoterm, suhu yng dipertahankan berbeda-beda antar species serta dalam tingkatan yng lebih sempit dari individu ke individu. Mekanisme termoregulasi ada dugaan berhubungan erat yang dengannya mekanisme pengontrolan tidur serta keadaan terjaga (bangun). Hewan yng aktif selama siang hari, temperatur maksimal dicapai pada pada siang hari serta temperatur minimal pada pagi hari sekali. Pada hewan yng aktif malam hari (nocturnal) sebaliknya. Variasi temperatur yng berhubungan yang dengannya waktu dalam sehari dikenal menjadi variasi diurnal. Pada sapi, temperatur rektal pada siang hari umumnya lebih tinggi dibandingkan pada pagi hari yang dengannya beda sekitar 0,5��C. Pada kita-kita suhunya mengalami fluktuasi harian yng teratur 0,5 hingga 0,7 ��C. Pada wanita terdapat siklus bulanan tambahan perubahan suhu lantaran naiknya suhu basal pada tatkala ovulasi.
Produksi panasProses metabolisme menghasilkan energi yng diguankan bagi atau bisa juga dikatakan untuk sintesa molekul-molekul baru, bagi atau bisa juga dikatakan untuk kerja serta ataupun dilepaskan menjadi panas tubuh.��Dalam suatu organisme, energi ditransformasikan dari satu bentuk ke dalam bentuk yng lain dalam macam-macam tingkatan biokomia serta berkaitan yang dengannya yng dibutuhkan oleh oksidasi seluler dimana Carbon (C) dioksidasi menjadi CO2, Hidrogen (H) menjadi H2O serta energi potensial dikonversikan dalam bentuk lain energi semisal, energi termal, kemikal, elektrical serta mekanikal.Kecepatan produksi panas dikontrol oleh sistim syaraf serta hormon. Kedua system yang telah di sebutkan secara langsung mengatur produksi panas yang dengannya adanya modifikasi nafsu makan hewan serta proses pencernaan pakannya, serta ataupun secara tak langsung yang dengannya adanya perubahan aktivitas dari enzim-enzim pencernaan serta sintesa protein.1. Neuro kontrolSelama abad ke 20, tidak sedikit pakar fisiologi mendemonstrasikan serta tak ada keraguan lagi bahwasanya pada pusat serta bagian perifer dari system syaraf terdapat komponen yng Amat penting dari system pengontrol pengatur temperatur, yakni produksi panas serta pelepasan panas.Beberapa hasil penelitian menunjukan bahwasanya kecepatan produksi panas dipengaruhi oleh adanya temperatur lingkungan yng menstimulsi reseptor bagian perifer serta oleh perubahan bagian dalam temperatur tubuh. Ciri-tanda output dari system syaraf pusat yng merubah produksi panas secara langsung dikethaui ada tidaknya pembentukan panas yang dengannya shivering (menggigil) ataupun tanpa shivering.Pendinginan lokal dari hipothalamus ataupun spinal cord menaikan produksi panas pada babi andaikan babi yang telah di sebutkan ditempatkan pada tempat yng dingin. Pemberian panas pada hypothalamus serta spinal cord cenderung menurunkan produksi panas.��Suatu hasil penelitian menunjukan pendinginan hipothalamus secara lokal memicu shivering pada kambing, sedangkan pada sapi yng ditempatkan pada lingkungan yng dingin pemberian panas pada hypothalamus menurunkan shivering.Efek injeksi intraventricular 5-hydroxytryptamine (5-HT), acetylcholine (Ach), norepinephrine (NE) serta prostaglandin terhadap respon pengaturan temperatur bergantung pada ambient temperatur. Injeksi NE tak memiliki efek pada produksi panas dalam lingkungan yng panas, akan tetapi memicu penghambatan produksi panas produksi panas serta shivering pada lingkungan yng dingin. Prostaglandin E menaikan temperatur tubuh serta produksi panas pada pedet, akan tetapi prostaglandin F tak memiliki efek pada pengaturan panas.2. Hormonal kontrolBeberapa hormon memiliki hubungan yng erat yang dengannya pengaturan ataupun pembentukan kalori, semisal: thyroxin (T4), triiodothyronine (T3), Growth hormone (GH) serta glucocoticoid.
Keseimbangan panas (heat balance)Keseimbangan panas merupakan panas yng diproduksi percis yang dengannya panas yng hilang (heat production = heat loss).
Toleransi panas (heat tolerance)Yakni ketahanan hewan terhadap keadaan panas sekitarnya. Gambaran tinggi rendahnya toleransi panas seekor ternak bisa diketahui dari beberapa aspek dari reaksi tubuhnya, misal perubahan temperatur tubuh, frekuensi pernafasan, fertilitas serta jumlah produksi.
Temperatur rektalIndex bagi atau bisa juga dikatakan untuk memperoleh temperatur tubuh yng paling gampang pada ternak yakni yang dengannya memasukkan termometer ke dalam rectum.Temperatur rektal pada beberapa speciesHewan Rata-rata temepratur (��C) Kisaran (��C)Kuda jantan 37,6 37,2 � C 38,1Kuda betina 37,8 37,3 �C 38,2Sapi potong 38,3 36,7 � C 39,1Sapi perah 38,6 38,0 � C 39,3Domba 39,1 38,3 � C 39,9Kambing 39,1 38,5 �C 39,7Babi 39,2 38,7 � C 39,8Anjing 38,9 37,9 � C 39,9Kucing 38,6 38,1 � C 39,2Kelinci 39,5 38,6 � C 40,1Ayam(siang)41,7 40,6 � C 43,0
Sweating (berkeringat)Ada 2 jenis kelenjar keringat.1. Eccrine glands, disuplai oleh serabut-serabut cholinergic yng terdapat dalam saraf simpatik2. Apocrine gland, adalah perkembangan dari folikel-folikel rambut
Pengaturan panas yang dengannya berkeringat ditimbulkan yang dengannya jalan:1. Reflek, lantaran adanya stimulasi dari reseptor panas pada kulit2. Adanya kenaikan temperature hypothalamusKepentingan berkeringat menjadi mekanisme pembuangan panas bervariasi diantara species. Pada anjing berkeringat tidak lebih dipentingkan, namun yang dengannya tatacara panting (terengah-engah) lebih diutamakan. Pada sapi maksimal evaporasi lewat permukaan kulit sekitar 150 g/m2/jam pada temperatur luar 40��C. Sedangkan evaporasi lewat pernafasan jumlahnya cuma sekitar 1/3 nya pada kondisi yng percis. Pada domba berkeringat tidak lebih penting dibanding sapi dalam pembuangan panas tubuh.
Panting (terengah-engah)Pada mekanisme panting umumnya disertai yang dengannya meningkatnya sekresi ludah. Panting Suka berlangsung pada anjing.
Shivering (menggigil)Umumnya berlangsung bila keadaan lingkungan yng dingin datang tiba-tiba, menggigil adalah kontribusi utama bagi atau bisa juga dikatakan untuk mempercepat produksi panas. Menggigil adalah fungsi tidak sadar dari tubuh, yang dengannya adanya tremor otot yang dengannya frekuensi sekitar 10x/detik.Respon fisiologis terhadap keadaan dingin pada dasarnya merupakan bagi atau bisa juga dikatakan untuk mencegah turunnya temperatur tubuh, di tempuh melalui:1. Pengurangan panas yng hilang (reduction of heat loss). Ini di lakukan yang dengannya membuat kecil permukaan tubuh (menekuk tubuh, curled-up), menaikan penimbunan lemak subkutan, menaikan pembentukan bulu.2. Peningkatan produksi panas. Ini di lakukan yang dengannya menggigil (shivering) serta pula non shivering termogenesis. Non shivering thermogenesis berkaitan yang dengannya aktivitas epineprin, norepineprin, thyroxine serta adrenocortical.
Fever (demam)Yakni kenaikan temperatur tubuh yng nyata lantaran adanya kondisi patologis.


Sumber rujukan dan gambar : http://www.agrinak.com/2015/05/sistem-pengaturan-temperatur-pada-ternak.html.

Seputar Sistem Pengaturan Temperatur pada Ternak

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Sistem Pengaturan Temperatur pada Ternak