Legenda Buah Maja yang Pahit

- Agustus 27, 2017

Legenda Buah Maja yang Pahit

 

Pendapat dari legenda, nama kerajaan Majapahit (1293 – 1527) berasal dari buah maja, yang rasanya pahit. Padahal, yang diketahui oleh warga atau juga bisa dikatakan masyarakat luas, rasa buah maja memanglah pahit, sampai-sampai tak pernah ada yang mau memakannya. Apakah memanglah benar ada buah maja manis, serta ada yang pahit?
Selama ini, yang dikenal menjadi buah maja, merupakan sosok tanaman perdu, yang dengannya buah sebesar bola volley, berwarna hijau, yang dengannya kulit (tempurung) Amat keras. Daging buah ini memanglah tak enak dimakan, serta cuma dipakai menjadi bahan herbal. Yang dimanfaatkan malah tempurungnya, yang berukuran dua kali tempurung kelapa, yang dengannya tingkat kekerasan serta kekuatan yang pula tinggi. Tempurung buah maja dipakai bagi atau bisa juga dikatakan untuk bahan perkakas keluarga. Mulai dari gayung air, takaran beras, dan tempat menyimpan aneka biji-bijian.
Selama ini, yang dikenal warga atau juga bisa dikatakan masyarakat luas menjadi buah maja merupakan berenuk, brenuk, ataupun bernuk (calabash tree, huingo, krabasi, kalebas). Ada tiga spesies bernuk, yaitu Crescentia cujete, Crescentia alata, serta Crescentia portoricensis. Semuanya adalah tanaman asli Amerika Tropis. Masuk ke Indonesia lantaran dibawa oleh bangsa Portugis serta Belanda. Yang tidak sedikit tumbuh di Indonesia serta dikenal menjadi buah “maja” atau juga bernuk merupakan Crescentia cujete. Lantaran bernuk baru ada di Jawa sesudah kedatangan Belanda, tak barangkali tumbuhan ini yang disebut menjadi “maja pahit”.
Bernuk Crescentia alata, berbentuk percis yang dengannya Crescentia cujete, cuma ukuran buahnya agak lebih kecil. Yang buahnya berbeda merupakan bernuk Crescentia portoricensis. Bentuk buahnya memanjang semisal labu air, yang dengannya warna hijau tua. Bernuk Suka dijumpai tumbuh liar di halaman rumah ataupun kebun, pula menjadi tanaman peneduh jalan, ataupun di taman perkotaan. Bentuk tanaman, tajuk dan buah bernuk, memanglah mampu menjadi elemen taman yang cukup menarik. Lebih-lebih andaikan tanaman ini tengah berbuah Amat lebat. Bentuk buahnya yang bulat, warna-nya yang hijau dan ukurannya yang besar, adalah daya tarik tersendiri.
Buah maja asli yang ada di Indonesiaa merupakan Bael (Aegle marmelos). Tempat asli asli tanaman ini tersebar mulai dari Pakistan, India, tenggara Nepal, Sri Lanka, Bangladesh, Myanmar, Thailand, Laos, Vietnam, Kambodja, Malaysia, Filipina serta Indonesia. Selain Bael, maja asli ini pula disebut Bilva, Bilwa, Bel, Kuvalam, Koovalam, Madtoum, buah Beli Fruit, Bengal quince, stone apple, ataupun wood apple. Di Jawa, tanaman maja tumbuh di dataran rendah, lebih-lebih di daerah yang beriklim Amat kering. Daerah sekitar Mojokerto (tempat bekas kerajaan Majapahit), memanglah tempat asli tanaman maja.
Beda yang dengannya tanaman bernuk yang percabangannya mengarah ke samping, maka tajuk maja tumbuh menjulang ke atas. Pohon maja mampu tumbuh hingga 20 m. Kayu maja Amat keras. Tajuknya mirip yang dengannya tanaman kawista (Limonia swingle), serta asam keranji (Dialium indum), cuma daun maja agak tidak banyak lebih lebar. Koleksi tanaman maja Aegle marmelos, ada di Kebun Raya Purwodadi, Jawa Timur, di sebelah kiri jalan raya Surabaya Malang. Bunga maja Amat harum. Sampai-sampai disaat tanaman ini berbunga, aroma wanginya mampu tercium dari jarak yang cukup jauh.
Buah maja Aegle marmelos, berbentuk bulat agak lonjong, yang dengannya tonjolan di bagian pangkalnya, kulit halus, berwarna cokelat gelap. Diameter buah antara 5 sd. 12 cm. Sekilas, buah maja tampak mirip yang dengannya kawista. Bedanya, buah kawista berbentuk bulat sempurna, bagian pangkalnya tak menonjol, kulit buahnya kasar, serta warna-nya abu-abu. Dua tanaman ini memanglah masih sama-sama famili Rutaceae. Buah maja ataupun kawista pula bertempurung Amat keras. Tekstur buah dan bijinya maja pula mirip kawista. Di Pakistan, India, Srilanka, Nepal serta Bngladesh, maja adalah buah yang cukup penting.
Di negara-negara tadi, daging buah maja biasa dikonsumsi menjadi sharbat. Ini merupakan minuman tradisional, terdiri dari daging buah yang dihancurkan, dicampur yang dengannya air, gula (ataupun sirup) serta es. Pucuk maja pula adalah sayuran yang ternama. Dalam ilmu pengobatan tradisional India (ayurvedic), maja dipercaya mampu mengobati gangguan pencernaan, serta demam. Dalam tradisi Hindu, maja adalah tumbuhan “titisan” Hyang Syiwa. Sampai-sampai tanaman maja selalu ada di halaman pura Hindu. Selain pucuknya bagi atau bisa juga dikatakan untuk sayuran, daun maja pula adalah perangkat ritual hindu yang cukup penting.
Di Nepal, buah maja adalah perangkat perkawinan yang cukup penting. Lantaran buah maja dianggap menjadi penjelmaan Hyang Syiwa, maka sang gadis sebetulnya menikah yang dengannya Hyang Syiwa, bukan yang dengannya suaminya. Ritual ini bertujuan bagi atau bisa juga dikatakan untuk mendapatkan kesuburan (keturunan) dari Hyang Syiwa. Selain itu, andaikan sang suami meninggal, perempuan itu tak butuh malu berstatus janda, karena ia tetap menjadi istri Hyang Syiwa. Maja adalah tanaman yang cukup penting dalam tradisi Hindu. Beda yang dengannya kawista yang adalah tumbuhan pendatang dari India, maja pula tanaman asli di Jawa.
Dari kesakralan buah buah maja ini dia nama Majapahit berasal. Semisal biasa, dalam tradisi Hindu di Jawa tidak sedikit tokoh yang mempergunakan nama binatang: Gajah Mada, Hayam Wuruk, Mahesa Wong Ateleng, serta lain-lain. Sampai-sampai kesakralan buah maja pun diadopsi menjadi nama kerajaan, yang bisa atau mampu bertahan lebih dari dua abad. Legenda bahwasanya anak buah Raden Wijaya, disaat membuka Tanah Tarik, kehausan, lantas makan buah maja yang rasanya pahit, hanyalah cerita yang dikarang, belakangan ini. Karena pahit (pait), dalam kosakata Jawa, pula berguna modal. Sampai-sampai mungkin besar, nama Majapahit, berguna: Bermodalkan kesakralan buah maja.
Genus Aegle, terdiri dari enam spesies: Aegle barteri, Aegle correa, Aegle decandra, Aegle glutinosa, Aegle marmelos, serta Aegle sepiaria. Dari enam spesies ini, yang adalah tanaman penting cuma Aegle marmelos. Pemerintah, lebih-lebih pemerintah provinsi Jawa Timur, berlebi lagi Kab. Mojokerto, mestinya memperhatikan nasib tanaman ini. Idealnya, maja menjadi tanaman yang mampu dijumpai di sepanjang jalan, di sekeliling situs Majapahit. Tanaman maja bukan cuma punya nilai historis tinggi bagi Indonesia, namun pula mampu menjadi komoditas buah yang menarik. Percis halnya yang dengannya kawista yang telah menjadi buah khas Kab. Rembang, Jawa Sedang.
SUMBER KLIPPING: Foragri SUMBER FOTO: kerajinannusantara.com

Sumber rujukan dan gambar : http://www.agropustaka.com/2012/04/legenda-buah-maja-yang-pahit.html.

Seputar Legenda Buah Maja yang Pahit

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Legenda Buah Maja yang Pahit