Cara Mengawetkan Kulit Dengan Metode Garam Kering dan Basah

- Juli 18, 2017

Cara Mengawetkan Kulit Dengan Metode Garam Kering dan Basah

 
Pengawetan kulit mentah bertujuan bagi atau bisa juga dikatakan untuk menjaga kulit terhadap serangan-serangan bakteri hingga kulit yang telah di sebutkan siap diolah. Serangan bakteri segera dimulai seusai hewan mati, hal ini berguna bahwasanya proses pengawetan Perlu segera di lakukan sesudah panas hewan yang telah di sebutkan tak berpengaruh pada kulit mentahnya lagi. Setiap penundaan akan menghasilkan kerusakan lantaran serangan bakteri yng langsung menurunkan efisiensi proses pengawetan.

Pengawetan Kulit yang dengannya Garam Kering

Cara pengawetan ada beberapa jenis, di antaranya merupakan yang dengannya metode garam kering. Sebelum diawetkan kulit Perlu bersih dari kotoran-kotoran, kelebihan daging dan lemak. Kombinasi penggaraman dan pengeringan di lakukan yang dengannya merendam kulit dalam larutan garam jenuh selama 24 jam lantas dikeringkan yang dengannya sinar matahari hingga kering.
Jenis garam yng dipakai merupakan NaCl, selain harganya lebih murah NaCl bersifat higroskopis menjadikan bisa atau mampu mereduksi kadar air kulit. Bila penggunaan garam kristal terlalu tidak sedikit akan timbul defek-defek pada kulit. Proses pengeringan barangkali adalah proses pengawetan yng efektif terhadap kerusakan lantaran bisa atau mampu menghindari kulit dari kerusakan-kerusakan dan perubahan-perubahan yng tak mampu dikembalikan serangan-serangan bakteri mampu dihindarkan yang dengannya gampang andaikan kadar airnya mampu diturunkan ataupun dihilangkan percis sekali. Semakin rendah kadar airnya semakin rendah pula serangan-serangan bakteri.
Keuntungan pengawetan kulit yang dengannya tatacara garam kering merupakan :
  • Selama waktu pengeringan kulit tak lekas busuk walaupun pengeringannya memerlukan waktu yng agak lama.
  • Kualitas kulit lebih baik daripada yng cuma dikeringkan saja lantaran serat-serat kulit tak melekat satu percis lain.
  • Kulit baik bagi atau bisa juga dikatakan untuk disamak karena dalam pembasahan kembali tak butuh waktu yng lama dan berat seusai pembasahan kembali dan mampu semisal waktu kulit masih segar.

Kerugian metode pengawetan kulit yang dengannya garam kering merupakan biaya pengawetan menjadi lebih tidak murah dibandingkan yang dengannya pengawetan kering biasa, lantaran jumlah pemakaian garam Amat tidak sedikit.


Cara Pengawetan yang dengannya garam kering

Kulit segar yng telah ditimbang dibersihkan dari kotoran dan sisa daging dan lemak yng menempel. Lantas kulit dicuci hingga bersih dan direndam dalam larutan garam jenuh selama 24 jam. Kulit direntangkan pada bidang miring yang dengannya bagian dalam berada di atas dan ditaburi garam tidak lebih lebih 30% dari berat kulit segar. Seusai itu kulit dipentangkan pada bingkai kayu bagi atau bisa juga dikatakan untuk dijemur yang dengannya sinar matahari hingga kering.

Pengawetan Kulit Dengan Garam Basah

Kulit hewan mentah tak adapat diserahkan dalam keadaan segar kepada tukang samak, dibutuhkan beberapa tatacara pengawatan umum sebelum diserahkan. Satu dari sekian banyaknya tatacara pengawetan kulit yakni yang dengannya mempergunakan metoide garam basah.
Metode pengawetan yang dengannya penggaraman basah di lakukan yang dengannya tatacara menumpuk lapisan-lapisan garam dan kulit berganti-ganti, umumnya pada sebuah panggung berbilah-bilah, satu tumpukan dibangun hingga ketinggian 1,2 m hingga 1,5 m. sesudah 10 hari tumpukan kulit yang telah di sebutkan Perlu dibongkar secara seksama dan dibuat tumpukan baru dimana kulit yng paling atas dari tumpukan semula menjadi dasar dari tumpukan yng baru. Andai panggung berbilah tak dipakai dan air garam tertahan, maka ada bahaya pembusukan yng pasti.
pengawetan secara awet garam di lakukan selama tidak lebih lebih 3 minggu. Garam dalam pengawetan berfungsi bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengambil air dari kulit menjadikan kadar air kulit dari 65% turun menjadi sekitar 30%. Jumlah garam yng tidak sedikit memicu plasmolisis sel-sel mikroorganisme. Jenis garam yng dipakai pada awet garam merupakan NaCl, lantaran gampang diperoleh dan harganya lebih murah. NaCl bersifat higroskopis menjadikan bisa atau mampu mereduksi kadar air kulit. Penggunaan garam pada pengawatan pula bisa memicu defek-defek andai kristal garam yng diberikan terlalu besar.
Kulit awet garam akan lebih gampang mengalami rehidrasi lantaran pengendapan NaCl diantara serat protein. Berbeda yang dengannya kulit awet kering, NaCl pada kulit awet garam bisa mengurangi daya rekat antara serat-serat protein pada kulit. Penggaraman basah diterapkan cuma dimana produksi besar dan sebuah bangunan (tempat proses pengawetan di lakukan) yang dengannya temperature tak melebihi 15,6 0C sepanjang tahun bisa dibangun. Bila kelembaban nisbi melebihi 90 % ataupun temperatur mrncapai 30 0C hingga 42,2 0C maka kulit jangat yakni bahan yng membentuk kulit menjadi membusuk.

Cara Pengawetan yang dengannya garam basah

Kulit segar berlebi dahulu dibersihkan dari kotoran yng menempel yang dengannya air bersih. Seletah itu kulit dibersihkan dari sisa daging dan lemak yng menempel yang dengannya mempergunakan pisau. Lantas kulit dicuci lagi dan direndam dalam larutan garam jenuh selama 24 jam (semalam). Kulit lantas direntangkan pada bidang miring yang dengannya bagian dalam berada diatas, dan ditaburi yang dengannya garam pasirkurang lebih 30% dari berat kulit basah. Lantas kulit dilipat dan disimpan selama 24 jam. Kulit ditaburi garam lagi sebanyk 30% dari berat kulit basah, dan disimpan selama 2 hingga 28 hari.


Sumber rujukan dan gambar : http://www.agrinak.com/2015/12/cara-mengawetkan-kulit-dengan-metode_22.html.

Seputar Cara Mengawetkan Kulit Dengan Metode Garam Kering dan Basah

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Cara Mengawetkan Kulit Dengan Metode Garam Kering dan Basah