Panduan Cara Budidaya Ternak Sapi Perah Terlengkap
Panduan Cara Budidaya Ternak Sapi Perah Terlengkap | Referensi terbaru di 2017 via web Ternak. Rekomendasi konten lengkap terbaik. - Ternak. Artikel ini di beri judul Panduan Cara Budidaya Ternak Sapi Perah Terlengkap. Konten ini untuk anda pembaca setia https://ternak8.blogspot.com/. Bagikan juga postingan Panduan Cara Budidaya Ternak Sapi Perah Terlengkap terbaru ini ke media kalian. Supaya blog seputar Ternak dan website terkait serta kamu mendapat manfaat dari info ulasan Ternak di 2017 ini. Langsung saja baca dan simak mengenai Panduan Cara Budidaya Ternak Sapi Perah Terlengkap di bawah ini dari situs web Ternak.Panduan Cara Budidaya Ternak Sapi Perah. Sapi merupakan hewan ternak terpenting menjadi sumber daging, susu, tenaga kerja serta kebutuhan lain-lainnya. Sapi menghasilkan sekitar 50% (45-55%) kebutuhan daging di dunia, 95% kebutuhan susu serta 85% kebutuhan kulit. Sapi berasal dari famili Bovidae. semisal halnya bison, banteng, kerbau (Bubalus), kerbau Afrika (Syncherus), serta anoa.
Domestikasi sapi perah di lakukan sekitar 400 tahun SM. Sapi diperkirakan berasal dari Asia Sedang, lantas menyebar ke Eropa, Afrika serta seluruh wilayah Asia. Menjelang akhir abad ke-19, sapi Ongole dari India dimasukkan ke pulau Sumba serta sejak tatkala itu pulau yang telah di sebutkan dijadikan tempat pembiakan sapi Ongole murni. Pada tahun 1957 sudah di lakukan perbaikan mutu genetik sapi Madura yang dengannya jalan menyilangkannya yang dengannya sapi Red Deen. Persilangan lain yakni antara sapi lokal (peranakan Ongole) yang dengannya sapi perah Frisian Holstein di Grati guna diperoleh sapi perah jenis baru yng sesuai yang dengannya iklim serta kondisi di Indonesia.
Pusat peternakan sapi di dunia ada di negara Eropa (Skotlandia, Inggris, Denmark, Perancis, Switzerland, Belanda), Italia, Amerika, Australia, Afrika serta Asia (India serta Pakistan). Sapi Friesian Holstein misalnya, terkenal yang dengannya produksi susunya yng tinggi (+ 6350 kg/th), yang dengannya persentase lemak susu sekitar 3-7%. Akan tetapi demikian sapi-sapi perah yang telah di sebutkan ada yng bisa atau mampu berproduksi sampai-sampai mencapai 25.000 kg susu/tahun, andaikan dipakai bibit unggul, diberi pakan yng sesuai yang dengannya kebutuhan ternak, lingkungan yng mendukung serta menerapkan budidaya yang dengannya manajemen yng baik. Tatkala ini produksi susu di dunia mencapai 385 juta m2/ton/th, khususnya pada zone yng beriklim tengah. Produksi susu sapi di PSPB masih tidak lebih dari 10 liter/hari serta jauh dari standar normalnya 12 liter/hari (rataratanya cuma 5-8 liter/hari).
Jenis sapi perah yng unggul serta paling tidak sedikit dipelihara merupakan sapi Shorhorn (dari Inggris), Friesian Holstein (dari Belanda), Jersey (dari selat Channel antara Inggris serta Perancis), Brown Swiss (dari Switzerland), Red Danish (dari Denmark) serta Droughtmaster (dari Australia). Hasil survei di PSPB Cibinong menunjukan bahwasanya jenis sapi perah yng paling cocok serta menguntungkan bagi atau bisa juga dikatakan untuk dibudidayakan di Indonesia merupakan Frisien Holstein.
Lantai sangkar Perlu diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya banyak sekali penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat ataupun semen, serta gampang dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai tanah dialasi yang dengannya jerami kering menjadi alas sangkar yng Anget. Seluruh bagian sangkar serta perlengkapan yng pernah dipakai Perlu disuci hamakan berlebi dahulu yang dengannya desinfektan, semisal creolin, lysol, serta bahan-bahan lain-lainnya. Ukuran sangkar yng dibuat bagi atau bisa juga dikatakan untuk seekor sapi jantan dewasa merupakan 1,5x2 m ataupun 2,5x2 m, sedangkan bagi atau bisa juga dikatakan untuk sapi betina dewasa merupakan 1,8x2 m serta bagi atau bisa juga dikatakan untuk anak sapi cukup 1,5x1 m per ekor, yang dengannya tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah. Temperatur di sekeliling sangkar 25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) serta kelembaban 75%. Tempat pemeliharaan bisa di lakukan pada dataran rendah (100-500 m) ingga dataran tinggi (> 500 m).
Pembibitan sapi perah Syarat-syarat yng Perlu dipenuhi oleh bibit sapi perah betina dewasa merupakan:
2. Perawatan Bibit serta Calon Induk Seluruh sapi perah dara yng belum menunjukan tanda-tanda birahi ataupun belum bunting seusai suatu periode tertentu, Perlu disisihkan. Andai sapi yng disisihkan yang telah di sebutkan sudah menghasilkan susu, sapi diseleksi kembali didasari produksi susunya, keseringan di kenai radang ambing serta temperamennya.
3. Sistim Pemuliabiakan Seringkali sapi perah dara dikawinkan yang dengannya pejantan pedaging bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengurangi risiko kesulitan lahir serta baru seusai menghasilkan anak satu dikawinkan yang dengannya pejantan sapi perah pilihan. Bibit Perlu diberi peluang bagi atau bisa juga dikatakan untuk bergerak aktif paling tak 2 jam sehari-hari.
Pemeliharaan 1. Sanitasi serta Tindakan Preventif Pada pemeliharaan secara intensif sapi-sapi dikandangkan menjadikan peternak gampang mengawasinya, sementara pemeliharaan secara ekstensif pengawasannya susah di lakukan lantaran sapi-sapi yng dipelihara dibiarkan hidup bebas. Sapi perah yng dipelihara dalam naungan (ruangan) mempunyai konsepsi produksi yng lebih tinggi (19%) serta produksi susunya 11% lebih tidak sedikit daripada tanpa naungan. Bibit yng sakit segera diobati lantaran serta bibit yng menjelang beranak dikering kandangkan selama 1-2 bulan.
2. Perawatan Ternak Ternak dimandikan 2 hari sekali. Seluruh sapi induk dimandikan sehari-hari seusai sangkar dibersihkan serta sebelum pemerahan susu. Sangkar Perlu dibersihkan sehari-hari, kotoran sangkar ditempatkan pada penampungan khusus menjadikan bisa diolah menjadi pupuk. Seusai sangkar dibersihkan, sebaiknya lantainya diberi tilam menjadi alas lantai yng biasanya terbuat dari jerami ataupun sisa-sisa pakan hijauan (seminggu sekali tilam yang telah di sebutkan Perlu dibongkar). Penimbangan di lakukan sejak sapi pedet sampai-sampai usia dewasa. Sapi pedet ditimbang seminggu sekali sementara sapi dewasa ditimbang setiap bulan ataupun 3 bulan sekali. Sapi yng baru disapih ditimbang sebulan sekali. Sapi dewasa bisa ditimbang yang dengannya melakukan taksiran pengukuran didasari lingkar serta lebar dada, panjang badan serta tinggi pundak.
3. Pemberian Pakan Pemberian pakan pada sapi bisa di lakukan yang dengannya 3 tips, yakni: a. system penggembalaan (pasture fattening) b. kereman (dry lot fattening) c. kombinasi tips pertama serta kedua.
Pakan yng diberikan berupa hijauan serta konsentrat. Hijauan yng berupa jerami padi, pucuk daun tebu, lamtoro, alfalfa, rumput gajah, rumput benggala ataupun rumput raja. Hijauan diberikan siang hari seusai pemerahan sebanyk 30-50 kg/ekor/hari. Pakan berupa rumput bagi sapi dewasa biasanya diberikan sebanyk 10% dari bobot badan (BB) serta pakan tambahan sebanyk 1-2% dari BB. Sapi yng tengah menyusui (laktasi) memerlukan makanan tambahan sebesar 25% hijauan serta konsentrat dalam ransumnya. Hijauan yng berupa rumput segar sebaiknya ditambah yang dengannya jenis kacang-kacangan (legum). Sumber karbohidrat berupa dedak halus ataupun bekatul, ampas tahu, gaplek, serta bungkil kelapa dan mineral (menjadi penguat) yng berupa garam dapur, kapur, dll.
Pemberian pakan konsentrat sebaiknya diberikan pada pagi hari serta sore hari sebelum sapi diperah sebanyk 1-2 kg/ekor/hari. Selain makanan, sapi Perlu diberi air minum sebanyk 10% dari berat badan per hari. Pemeliharaan utama merupakan pemberian pakan yng cukup serta mempunyai kualitas, dan melindungi kebersihan sangkar serta kebugaran atau kesehatan ternak yng dipelihara. Pemberian pakan secara kereman dikombinasikan yang dengannya penggembalaan Di awal musim kemarau, sehari-hari sapi digembalakan. Di musim hujan sapi dikandangkan serta pakan diberikan pendapat dari jatah. Penggembalaan bertujuan juga bagi atau bisa juga dikatakan untuk memberikan peluang bergerak pada sapi guna memperkuat kakinya.
4. Pemeliharaan Sangkar Kotoran ditimbun di tempat lain supaya mengalami proses fermentasi (+1-2minggu) serta berganti menjadi pupuk sangkar yng telah matang serta baik. Sangkar sapi tak boleh tertutup rapat (agak terbuka) supaya sirkulasi udara didalamnya berjalan lancar. Air minum yng bersih Perlu tersedia setiap tatkala. Tempat pakan serta minum sebaiknya dibuat di luar sangkar akan tetapi masih di bawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi supaya pakan yng diberikan tak diinjak-injak ataupun tercampur yang dengannya kotoran. Sementara tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen serta tidak banyak lebih tinggi daripada permukaan lantai. Sediakan juga perlengkapan bagi atau bisa juga dikatakan untuk memandikan sapi.
2. Penyakit mulut serta kuku (PMK) ataupun penyakit Apthae epizootica (AE) Penyebab: virus ini menular melalui kontak langsung melalui air kencing, air susu, air liur serta benda lain yng tercemar kuman AE. Gejala: 1. rongga mulut, lidah, serta telapak kaki ataupun tracak melepuh dan terdapat tonjolan bulat berisi cairan yng bening; 2. demam ataupun panas, suhu badan menurun drastis; 3. nafsu makan menurun malah tak mau makan percis sekali; 4. air liur keluar berlebihan. Pengendalian: vaksinasi serta sapi yng sakit diasingkan serta diobati secara terpisah.
3. Penyakit ngorok/mendekur ataupun penyakit Septichaema epizootica (SE) Penyebab: bakteri Pasturella multocida. Penularannya melalui makanan serta minuman yng tercemar bakteri. Gejala: 1. kulit kepala serta selaput lendir lidah membengkak, berwarna merah serta kebiruan; 2. leher, anus, serta vulva membengkak; 3. paru-paru meradang, selaput lendir usus serta perut masam serta berwarna merah tua; 4. demam serta susah bernafas menjadikan mirip orang yng ngorok. Dalam keadaan Amat parah, sapi akan mati dalam waktu antara 12-36 jam. Pengendalian: vaksinasi anti SE serta diberi antibiotika ataupun sulfa.
4. Penyakit radang kuku ataupun kuku busuk (foot rot) Penyakit ini menyerang sapi yng dipelihara dalam sangkar yng basah serta kotor. Gejala: 1. mula-mula sekitar celah kuku bengkak serta mengeluarkan cairan putih keruh; 2. kulit kuku mengelupas; 3. tumbuh benjolan yng memicu rasa sakit; 4. sapi pincang serta akhirnya mampu lumpuh.
Hasil Tambahan Selain susu sapi perah pula memberikan hasil lain yakni daging serta kulit yng berasal dari sapi yng telah tak produktif dan pupuk sangkar yng diperoleh dari kotoran ternak.
Di Amerika Serikat, tingkat penjualan serta pembelian sapi serta produknya secara tunai mencapai 13% dari seluruh peternakan yng ada di dunia. Sementara tingkat penjualan anak sapi (pedet), pejantan sapi perah, serta sapi afkir cuma berkisar 3%. Produksi susu sejumlah itu masih butuh ditingkatkan seiring yang dengannya peningkatan jumlah penduduk di dunia ini. Bagi atau bisa juga dikatakan untuk mencapai tingkat produksi yng tinggi maka pengelolaan serta pemberian pakan Perlu benar-benar sesuai yang dengannya kebutuhan ternak, dimana minimum pakan yng bisa dimanfaatkan oleh ternak (terserap) diusahakan sekitar 3,5-4% dari bahan kering
Sebelum tahun 1979 sapi-sapi FH murni diternakkan antara lain di :
Hasil silangan antara sapi lokal yang dengannya sapi FH Suka disebut sapi PFH (Peranakan Friesian Holstein). Sapi ini tidak sedikit dipelihara rakyat lebih-lebih di daerah Boyolali, Solo, Ungaran, Semarang serta Yogyakarta. Bisa dijumpai juga sapi PFH di daerah Pujon, Batu, Malang serta sekitarnya. Warna sapi PFH semisal sapi FH akan tetapi Suka dijumpai warna yng menyimpang, misalnya warna bulu kipas ekor hitam, kuku berwarna hitam serta bentuk tubuhnya memperlihatkan bentuk sapi lokal, kadang-kadang masih terlihat adanya gumba yng meninggi.
Didasari asal-usulnya sapi perah di Indonesia, bisa digolongkan menjadi tiga kelompok (didasari kemurnian darah bangsanya): yakni :
Sumber rujukan dan gambar : http://www.agrinak.com/2016/02/panduan-cara-budidaya-ternak-sapi-perah.html.
Domestikasi sapi perah di lakukan sekitar 400 tahun SM. Sapi diperkirakan berasal dari Asia Sedang, lantas menyebar ke Eropa, Afrika serta seluruh wilayah Asia. Menjelang akhir abad ke-19, sapi Ongole dari India dimasukkan ke pulau Sumba serta sejak tatkala itu pulau yang telah di sebutkan dijadikan tempat pembiakan sapi Ongole murni. Pada tahun 1957 sudah di lakukan perbaikan mutu genetik sapi Madura yang dengannya jalan menyilangkannya yang dengannya sapi Red Deen. Persilangan lain yakni antara sapi lokal (peranakan Ongole) yang dengannya sapi perah Frisian Holstein di Grati guna diperoleh sapi perah jenis baru yng sesuai yang dengannya iklim serta kondisi di Indonesia.
SENTRA PETERNAKAN
Gambar 1. foto ternak sapi perah |
JENIS SAPI PERAH
Secara garis besar, bangsa-bangsa sapi (Bos) yng terdapat di dunia ada dua, yakni- kelompok yng berasal dari sapi Zebu (Bos indicus) ataupun jenis sapi yng berpunuk, yng berasal serta tersebar di daerah tropis.
- kelompok dari Bos primigenius, yng tersebar di daerah sub tropis ataupun lebih dikenal yang dengannya Bos Taurus.
Jenis sapi perah yng unggul serta paling tidak sedikit dipelihara merupakan sapi Shorhorn (dari Inggris), Friesian Holstein (dari Belanda), Jersey (dari selat Channel antara Inggris serta Perancis), Brown Swiss (dari Switzerland), Red Danish (dari Denmark) serta Droughtmaster (dari Australia). Hasil survei di PSPB Cibinong menunjukan bahwasanya jenis sapi perah yng paling cocok serta menguntungkan bagi atau bisa juga dikatakan untuk dibudidayakan di Indonesia merupakan Frisien Holstein.
MANFAAT
Peternakan sapi menghasilkan daging menjadi sumber protein, susu, kulit yng dimanfaatkan bagi atau bisa juga dikatakan untuk industri serta pupuk sangkar menjadi satu dari sekian banyaknya sumber organik lahan pertanian.PERSYARATAN LOKASI
Tempat yng ideal bagi atau bisa juga dikatakan untuk membangun sangkar merupakan daerah yng letaknya cukup jauh dari pemukiman penduduk akan tetapi gampang dicapai oleh kendaraan. Sangkar Perlu terpisah dari rumah tinggal yang dengannya jarak minimal 10 meter serta sinar matahari Perlu bisa menembus pelataran sangkar dan dekat yang dengannya lahan pertanian. Pembuatannya bisa di lakukan secara berkelompok di sedang sawah ataupun ladang.PEDOMAN TEKNIS BUDIDAYA
Penyiapan Sarana serta Perlengkapan
Sangkar bisa dibuat dalam bentuk ganda ataupun tunggal, bergantung dari jumlah sapi yng dimiliki. Pada sangkar tipe tunggal, penempatan sapi di lakukan pada satu baris ataupun satu jajaran, sementara sangkar yng bertipe ganda penempatannya di lakukan pada dua jajaran yng saling berhadapan ataupun saling bertolak belakang. Diantara kedua jajaran yang telah di sebutkan umumnya dibuat jalur bagi atau bisa juga dikatakan untuk jalan. Pembuatan sangkar bagi atau bisa juga dikatakan untuk tujuan penggemukan (kereman) umumnya berbentuk tunggal andaikan kapasitas ternak yng dipelihara cuma tidak banyak. Akan tetapi, andaikan kegiatan penggemukan sapi ditujukan bagi atau bisa juga dikatakan untuk komersial, ukuran sangkar Perlu lebih luas serta lebih besar menjadikan bisa menampung jumlah sapi yng lebih tidak sedikit.Lantai sangkar Perlu diusahakan tetap bersih guna mencegah timbulnya banyak sekali penyakit. Lantai terbuat dari tanah padat ataupun semen, serta gampang dibersihkan dari kotoran sapi. Lantai tanah dialasi yang dengannya jerami kering menjadi alas sangkar yng Anget. Seluruh bagian sangkar serta perlengkapan yng pernah dipakai Perlu disuci hamakan berlebi dahulu yang dengannya desinfektan, semisal creolin, lysol, serta bahan-bahan lain-lainnya. Ukuran sangkar yng dibuat bagi atau bisa juga dikatakan untuk seekor sapi jantan dewasa merupakan 1,5x2 m ataupun 2,5x2 m, sedangkan bagi atau bisa juga dikatakan untuk sapi betina dewasa merupakan 1,8x2 m serta bagi atau bisa juga dikatakan untuk anak sapi cukup 1,5x1 m per ekor, yang dengannya tinggi atas + 2-2,5 m dari tanah. Temperatur di sekeliling sangkar 25-40 derajat C (rata-rata 33 derajat C) serta kelembaban 75%. Tempat pemeliharaan bisa di lakukan pada dataran rendah (100-500 m) ingga dataran tinggi (> 500 m).
Pembibitan sapi perah Syarat-syarat yng Perlu dipenuhi oleh bibit sapi perah betina dewasa merupakan:
- produksi susu tinggi,
- umur 3,5-4,5 tahun serta telah pernah beranak,
- berasal dari induk serta pejantan yng memiliki keturunan produksi susu tinggi,
- bentuk tubuhnya semisal baji,
- matanya bercahaya, punggung lurus, bentuk kepala baik, jarak kaki depan ataupun kaki belakang cukup lebar dan kaki kuat,
- ambing cukup besar, pertautan pada tubuh cukup baik, andaikan diraba lunak, kulit halus, vena susu tidak sedikit, panjang serta berkelok-kelok, puting susu tak lebih dari 4,terdapat atau terletak dalam segi empat yng simetris serta tak terlalu pendek,
- tubuh sehat serta bukan menjadi pembawa penyakit menular, serta
- tiap tahun beranak.
- berasal dari induk yng menghasilkan air susu tinggi,
- kepala serta leher tidak banyak panjang, pundak tajam, badan cukup panjang, punggung serta pinggul rata, dada dalam serta pinggul lebar,
- jarak antara kedua kaki belakang serta kedua kaki depan cukup lebar,
- pertumbuhan ambing serta puting baik,
- jumlah puting tak lebih dari 4 serta letaknya simetris, dan
- sehat serta tak cacat.
- umur sekitar 4-5 tahun,
- mempunyai kesuburan tinggi,
- daya menurunkan sifat produksi yng tinggi kepada anak-anaknya,
- berasal dari induk serta pejantan yng baik,
- besar badannya sesuai yang dengannya umur, kuat, serta memiliki sifat-sifat pejantan yng baik,
- kepala lebar, leher besar, pinggang lebar, punggung kuat,
- muka tidak banyak panjang, pundak tidak banyak tajam serta lebar,
- paha rata serta cukup terpisah,
- dada lebar serta jarak antara tulang rusuknya cukup lebar,
- badan panjang, dada dalam, lingkar dada serta lingkar perut besar, dan
- sehat, bebas dari penyakit menular serta tak menurunkan cacat pada keturunannya.
2. Perawatan Bibit serta Calon Induk Seluruh sapi perah dara yng belum menunjukan tanda-tanda birahi ataupun belum bunting seusai suatu periode tertentu, Perlu disisihkan. Andai sapi yng disisihkan yang telah di sebutkan sudah menghasilkan susu, sapi diseleksi kembali didasari produksi susunya, keseringan di kenai radang ambing serta temperamennya.
3. Sistim Pemuliabiakan Seringkali sapi perah dara dikawinkan yang dengannya pejantan pedaging bagi atau bisa juga dikatakan untuk mengurangi risiko kesulitan lahir serta baru seusai menghasilkan anak satu dikawinkan yang dengannya pejantan sapi perah pilihan. Bibit Perlu diberi peluang bagi atau bisa juga dikatakan untuk bergerak aktif paling tak 2 jam sehari-hari.
Pemeliharaan 1. Sanitasi serta Tindakan Preventif Pada pemeliharaan secara intensif sapi-sapi dikandangkan menjadikan peternak gampang mengawasinya, sementara pemeliharaan secara ekstensif pengawasannya susah di lakukan lantaran sapi-sapi yng dipelihara dibiarkan hidup bebas. Sapi perah yng dipelihara dalam naungan (ruangan) mempunyai konsepsi produksi yng lebih tinggi (19%) serta produksi susunya 11% lebih tidak sedikit daripada tanpa naungan. Bibit yng sakit segera diobati lantaran serta bibit yng menjelang beranak dikering kandangkan selama 1-2 bulan.
2. Perawatan Ternak Ternak dimandikan 2 hari sekali. Seluruh sapi induk dimandikan sehari-hari seusai sangkar dibersihkan serta sebelum pemerahan susu. Sangkar Perlu dibersihkan sehari-hari, kotoran sangkar ditempatkan pada penampungan khusus menjadikan bisa diolah menjadi pupuk. Seusai sangkar dibersihkan, sebaiknya lantainya diberi tilam menjadi alas lantai yng biasanya terbuat dari jerami ataupun sisa-sisa pakan hijauan (seminggu sekali tilam yang telah di sebutkan Perlu dibongkar). Penimbangan di lakukan sejak sapi pedet sampai-sampai usia dewasa. Sapi pedet ditimbang seminggu sekali sementara sapi dewasa ditimbang setiap bulan ataupun 3 bulan sekali. Sapi yng baru disapih ditimbang sebulan sekali. Sapi dewasa bisa ditimbang yang dengannya melakukan taksiran pengukuran didasari lingkar serta lebar dada, panjang badan serta tinggi pundak.
3. Pemberian Pakan Pemberian pakan pada sapi bisa di lakukan yang dengannya 3 tips, yakni: a. system penggembalaan (pasture fattening) b. kereman (dry lot fattening) c. kombinasi tips pertama serta kedua.
Pakan yng diberikan berupa hijauan serta konsentrat. Hijauan yng berupa jerami padi, pucuk daun tebu, lamtoro, alfalfa, rumput gajah, rumput benggala ataupun rumput raja. Hijauan diberikan siang hari seusai pemerahan sebanyk 30-50 kg/ekor/hari. Pakan berupa rumput bagi sapi dewasa biasanya diberikan sebanyk 10% dari bobot badan (BB) serta pakan tambahan sebanyk 1-2% dari BB. Sapi yng tengah menyusui (laktasi) memerlukan makanan tambahan sebesar 25% hijauan serta konsentrat dalam ransumnya. Hijauan yng berupa rumput segar sebaiknya ditambah yang dengannya jenis kacang-kacangan (legum). Sumber karbohidrat berupa dedak halus ataupun bekatul, ampas tahu, gaplek, serta bungkil kelapa dan mineral (menjadi penguat) yng berupa garam dapur, kapur, dll.
Pemberian pakan konsentrat sebaiknya diberikan pada pagi hari serta sore hari sebelum sapi diperah sebanyk 1-2 kg/ekor/hari. Selain makanan, sapi Perlu diberi air minum sebanyk 10% dari berat badan per hari. Pemeliharaan utama merupakan pemberian pakan yng cukup serta mempunyai kualitas, dan melindungi kebersihan sangkar serta kebugaran atau kesehatan ternak yng dipelihara. Pemberian pakan secara kereman dikombinasikan yang dengannya penggembalaan Di awal musim kemarau, sehari-hari sapi digembalakan. Di musim hujan sapi dikandangkan serta pakan diberikan pendapat dari jatah. Penggembalaan bertujuan juga bagi atau bisa juga dikatakan untuk memberikan peluang bergerak pada sapi guna memperkuat kakinya.
4. Pemeliharaan Sangkar Kotoran ditimbun di tempat lain supaya mengalami proses fermentasi (+1-2minggu) serta berganti menjadi pupuk sangkar yng telah matang serta baik. Sangkar sapi tak boleh tertutup rapat (agak terbuka) supaya sirkulasi udara didalamnya berjalan lancar. Air minum yng bersih Perlu tersedia setiap tatkala. Tempat pakan serta minum sebaiknya dibuat di luar sangkar akan tetapi masih di bawah atap. Tempat pakan dibuat agak lebih tinggi supaya pakan yng diberikan tak diinjak-injak ataupun tercampur yang dengannya kotoran. Sementara tempat air minum sebaiknya dibuat permanen berupa bak semen serta tidak banyak lebih tinggi daripada permukaan lantai. Sediakan juga perlengkapan bagi atau bisa juga dikatakan untuk memandikan sapi.
HAMA DAN PENYAKIT
Gambar 1. foto budidaya sapi perah |
Penyakit
1. Penyakit antraks Penyebab: Bacillus anthracis yng menular melalui kontak langsung, makanan/minuman ataupun pernafasan. Gejala: 1. demam tinggi, badan lemah serta gemetar; 2. gangguan pernafasan; 3. pembengkakan pada kelenjar dada, leher, alat kelamin serta badan penuh bisul; 4. kadang-kadang darah berwarna merah hitam yng keluar melalui hidung, pendengaran, mulut, anus serta vagina; 5. kotoran ternak cair serta Suka bercampur darah; 6. limpa bengkak serta berwarna kehitaman. Pengendalian: vaksinasi, pengobatan antibiotika, mengisolasi sapi yng terinfeksi dan mengubur/membakar sapi yng mati.2. Penyakit mulut serta kuku (PMK) ataupun penyakit Apthae epizootica (AE) Penyebab: virus ini menular melalui kontak langsung melalui air kencing, air susu, air liur serta benda lain yng tercemar kuman AE. Gejala: 1. rongga mulut, lidah, serta telapak kaki ataupun tracak melepuh dan terdapat tonjolan bulat berisi cairan yng bening; 2. demam ataupun panas, suhu badan menurun drastis; 3. nafsu makan menurun malah tak mau makan percis sekali; 4. air liur keluar berlebihan. Pengendalian: vaksinasi serta sapi yng sakit diasingkan serta diobati secara terpisah.
3. Penyakit ngorok/mendekur ataupun penyakit Septichaema epizootica (SE) Penyebab: bakteri Pasturella multocida. Penularannya melalui makanan serta minuman yng tercemar bakteri. Gejala: 1. kulit kepala serta selaput lendir lidah membengkak, berwarna merah serta kebiruan; 2. leher, anus, serta vulva membengkak; 3. paru-paru meradang, selaput lendir usus serta perut masam serta berwarna merah tua; 4. demam serta susah bernafas menjadikan mirip orang yng ngorok. Dalam keadaan Amat parah, sapi akan mati dalam waktu antara 12-36 jam. Pengendalian: vaksinasi anti SE serta diberi antibiotika ataupun sulfa.
4. Penyakit radang kuku ataupun kuku busuk (foot rot) Penyakit ini menyerang sapi yng dipelihara dalam sangkar yng basah serta kotor. Gejala: 1. mula-mula sekitar celah kuku bengkak serta mengeluarkan cairan putih keruh; 2. kulit kuku mengelupas; 3. tumbuh benjolan yng memicu rasa sakit; 4. sapi pincang serta akhirnya mampu lumpuh.
Pencegahan Serangan penyakit
Upaya pencegahan serta pengobatannya di lakukan yang dengannya memotong kuku serta merendam bagian yng sakit dalam larutan refanol selama 30 menit yng diulangi seminggu sekali dan menempatkan sapi dalam sangkar yng bersih serta kering.PANEN
Hasil Utama Hasil utama dari budidaya sapi perah merupakan susu yng diperoleh oleh induk betina.Hasil Tambahan Selain susu sapi perah pula memberikan hasil lain yakni daging serta kulit yng berasal dari sapi yng telah tak produktif dan pupuk sangkar yng diperoleh dari kotoran ternak.
ANALISIS EKONOMI BUDIDAYA TERNAK SAPI PERAH
Analisis Bisnis Budidaya Ternak Sapi perah
Bisnis ternak sapi perah di Indonesia masih bersifat subsisten oleh peternak kecil serta belum mencapai bisnis yng berorientasi ekonomi. Rendahnya tingkat produktivitas ternak yang telah di sebutkan lebih penyebabnya yaitu oleh minimnya modal, dan pengetahuan/ketrampilan petani yng mencakup aspek reproduksi, pemberian pakan, pengelolaan hasil pascapanen, penerapan system recording, pemerahan, sanitasi serta pencegahan penyakit. Selain itu pengetahuan petani mengenai aspek tata niaga Perlu ditingkatkan menjadikan keuntungan yng diperoleh sebanding yang dengannya pemeliharaannya. Produksi susu sapi di dunia kini telah melebihi 385 juta m2/ton/th yang dengannya tingkat penjualan sapi serta produknya yng lebih besar daripada pedet, pejantan, serta sapi afkiran.Di Amerika Serikat, tingkat penjualan serta pembelian sapi serta produknya secara tunai mencapai 13% dari seluruh peternakan yng ada di dunia. Sementara tingkat penjualan anak sapi (pedet), pejantan sapi perah, serta sapi afkir cuma berkisar 3%. Produksi susu sejumlah itu masih butuh ditingkatkan seiring yang dengannya peningkatan jumlah penduduk di dunia ini. Bagi atau bisa juga dikatakan untuk mencapai tingkat produksi yng tinggi maka pengelolaan serta pemberian pakan Perlu benar-benar sesuai yang dengannya kebutuhan ternak, dimana minimum pakan yng bisa dimanfaatkan oleh ternak (terserap) diusahakan sekitar 3,5-4% dari bahan kering
Gambaran Kesempatan Agribisnis
Bisnis ternak sapi perah keluarga memberikan keuntungan andai jumlah sapi yng dipelihara minimal sebanyk 6 ekor, meskipun tingkat efisiensinya bisa dicapai yang dengannya minimal pengusahaannya sebanyk 2 ekor yang dengannya rata-rata produksi susu sebanyk 15 lt/hari. Upaya bagi atau bisa juga dikatakan untuk menaikan pendapatan petani melalui pembudidayaan sapi perah yang telah di sebutkan bisa pula di lakukan yang dengannya melakukan diversifikasi bisnis. Selain itu melakukan upaya kooperatif serta integratif (horizontal serta vertikal) yang dengannya petani lain-lainnya serta instansiinstansi lain yng berkompeten, dan tetap memantapkan pola PIR diatasPerkembangan Sapi Perah Di Indonesia
Bangsa sapi perah yng asli dari Indonesia bisa dikatakan tak ada. Sapi perah di Indonesia berasal dari sapi impor serta hasil persilangan antara sapi impor yang dengannya sapi lokal. Pendapat dari Dirjen Peternakan (1996) pada tahun 1995 di Indonesia terdapat sekitar 200.000 ekor sapi perah serta hampir seluruhnya adalah sapi FH serta keturunannya. Sapi FH dimasukkan di Indonesia dari negeri Belanda ataupun Australia. Sejak tahun 1972 mulai diimpor semen beku dari New Zealand, serta mulai tahun 1979 di lakukan impor sapi dara FH langsung dari Australia serta New Zealand.Sebelum tahun 1979 sapi-sapi FH murni diternakkan antara lain di :
- Rowoseneng, Temanggung
- Baturraden, Purwokerto
- Lembang, Bandung
- Pasar Minggu, Jakarta.
Hasil silangan antara sapi lokal yang dengannya sapi FH Suka disebut sapi PFH (Peranakan Friesian Holstein). Sapi ini tidak sedikit dipelihara rakyat lebih-lebih di daerah Boyolali, Solo, Ungaran, Semarang serta Yogyakarta. Bisa dijumpai juga sapi PFH di daerah Pujon, Batu, Malang serta sekitarnya. Warna sapi PFH semisal sapi FH akan tetapi Suka dijumpai warna yng menyimpang, misalnya warna bulu kipas ekor hitam, kuku berwarna hitam serta bentuk tubuhnya memperlihatkan bentuk sapi lokal, kadang-kadang masih terlihat adanya gumba yng meninggi.
Didasari asal-usulnya sapi perah di Indonesia, bisa digolongkan menjadi tiga kelompok (didasari kemurnian darah bangsanya): yakni :
- Sapi bangsa murni (pure breed) FH. Sapi FH murni, salah satunya sapi-sapi FH yng diimpor langsung dari breeder (dilengkapi yang dengannya sertifikat), serta pula sapi kelahiran di Indonesia yng induknya FH murni dan semen ataupun pejantannya pula adalah FH murni.
- Sapi Persilangan ataupun Peranakan FH (FH crossbred). Ini adalah sapi hasil persilangan antara sapi FH murni yang dengannya sapi lokal, serta diketahui tingkat kemurnian darah FH nya (berapa % darah FH nya).
- Sapi non discript. (Sapi yng tak terperinci kemurnian bangsanya). Salah satunya sapi non discript merupakan sapi-sapi yng terperinci bukan sapi FH murni, akan tetapi tak diketahui yang dengannya terperinci tingkat kemurnian darah FH nya serta memiliki ciri-ciri semisal sapi FH.
Sumber rujukan dan gambar : http://www.agrinak.com/2016/02/panduan-cara-budidaya-ternak-sapi-perah.html.
Seputar Panduan Cara Budidaya Ternak Sapi Perah Terlengkap
Terima kasih telah membaca Panduan Cara Budidaya Ternak Sapi Perah Terlengkap. Semoga pos dari situs web Ternak berguna dan memberi manfaat. Baik untuk anda dan buat website Ternak. Silakan berbagi ulasan Panduan Cara Budidaya Ternak Sapi Perah Terlengkap tadi ke situs web media anda. Bagikan artikel dari Ternak melalui media sosial yang ada di bawah. Dan kunjungi Daftar Isi Blog Ternak untuk mendapat info lengkap terbaru 2017. Lalu baca pembahasan selain dari : Panduan Cara Budidaya Ternak Sapi Perah Terlengkap yang lebih terupdate lengkap dan free. Atau simak artikel gratis terkait dari situs web Ternak di bawah. Demikan dan sekian tentang Panduan Cara Budidaya Ternak Sapi Perah Terlengkap. Dan Assalamualaikum pembaca Ternak.
Advertisement