Tips untuk Pekebun Kentang: Penampung Air

- Oktober 07, 2017

Tips untuk Pekebun Kentang: Penampung Air

 
Ini dia teknologi simpel bagi pekebun kentang. System penampung air. System ini bisa atau mampu meminimalisir run off atau juga erosi yng Suka berlangsung tatkala penanaman di musim hujan. Imbasnya biaya produksi pemeliharaan semisal penyulaman yng mencapai 5 - 10% dari total biaya bisa ditekan sampai-sampai nyaris 0%.
Pada penanaman normal di musim hujan, penyulaman faktor yng tak mampu dihindari. Penyebabnya erosi seringkah muncul tatkala hujan datang lebih-lebih pada penanaman di lereng. Padahal penanaman di lereng disukai pekebun lantaran lebih gampang membuat bumbun ketimbang searah kontur. "Karena penanaman di lereng sangat berisiko terjadi erosi maka penyulaman menjadi lagu wajib pekebun," ujar Wildan Mustofa pekebun di Pangalengan, Jawa Barat.
Penerapan system penampung air efektif memangkas biaya penyulaman. Prinsip kerja penampung air merupakan menahan air selama barangkali tatkala hujan sampai-sampai ia ikut terserap oleh tanah. System ini sebetulnya mengadopsi tatacara penanaman teh yng mengikuti kontur, namun dimodifikasi supaya bisa diterapkan pada kentang.
Bergantung kemiringan Penampung air dibuat di antara guludan. Jumlah serta besar penampung air bergantung pada kemiringan lahan serta besarnya curah hujan. Menjadi ilustrasi semisalnya curah hujan rata-rata 10 ml per hari, pengertiannya per m2 tanah sebetulnya bisa atau mampu menampung 1 cm x 100 cm x 100 cm= 10.000 cm3 setara 10 liter air. Andai curah hujan paling lebat mencapai 500 ml per bulan ataupun 16 ml per hari, pengertiannya akan berlangsung run off sebesar 4 ml setara 4 liter per m2.
Yang dengannya mengabaikan infiltrasi lantaran curah hujan lebat umumnya berlangsung sebentar sekitar 1 - 2 jam, di antara guludan cukup dibuat sebuah penampung air berukuran 100 cm x 20 cm berkedalaman 10 cm. Ia bisa menampung 20 liter air per m2. Besar ukuran penampung memanglah tak standar. Akan tetapi setidaknya untuk lebar penampung memakai patokan jarak antarguludan selebar 20 cm. Kedalaman 10 cm dipakai didasari tinggi guludan.
Jumlah penampung air bergantung kemiringan. "Di sinilah seninya memakai sistem penampung air. Kita dapat bereksperimen soal jumlah," papar Wildan. Pendapat dari ujicoba yng di lakukan alumnus Magister Manajemen Universitas Padjadjaran Bandung itu, semisalnya kemiringan lereng 10% ataupun setara 10 cm, penampung berukuran 100 cm x 20 cm berkedalaman 10 cm bisa dibuat setiap jarak 1 m. Akan tetapi, jumlah itu akan makin kecil tatkala kemiringan makin rendah. Untuk kemiringan 5% misalnya antarpenampung cukup berjarak 2 m.
Field save Walau demikian perhitungan kapasitas penampung air tak selalu eksak. Menjadi semisal pada kemiringan 5% kapasitas penampung air 100 cm x 20 cm berkedalaman 10 cm tak 20 liter, akan tetapi bisa menjadi setengahnya lantaran dasar penampung pula mempunyai kemiringan 5%. "Sebab itu di antara lajur guludan perlu dibuat field save yang letaknya tegak lurus dengan penampung air," ujar Wildan.
Fungsi field save merupakan untuk menahan sisa run off yng lolos dari penampung air. Lantaran letaknya tegak lurus, praktis membuat air akan mengalir ke satu dari sekian banyaknya sisi yang dengannya kecepatan lebih rendah. Dalam jangka waktu tertentu air itu akan ikut meresap ke dalam tanah. "Uji coba yang dilakukan membuktikan pemakaian penampung air sangat efektif. Yang sudah menerapkan sistem ini praktis bebas erosi," kata Wildan.

Sumber rujukan dan gambar : http://www.agropustaka.com/2017/01/tips-untuk-pekebun-kentang-penampung-air.html.

Seputar Tips untuk Pekebun Kentang: Penampung Air

Advertisement
 

Cari Artikel Selain Tips untuk Pekebun Kentang: Penampung Air